Jumat, 25 April 2008

Selebaran Itu Mengatas Namakan KM Fapet


Fapet Unsoed – Husbandry. Tidak berjalannya roda organisasi DLM (Dewan Legislatif Mahasiswa_red) seolah menjadi permasalahan klasik yang tak pernah terselesaikan. Lembaga yang anggotanya dikirim oleh partai yang kemudian dipilih dalam Pemira hanya kelihatan gaungnya ketika Pemira dan Musang KM Fapet Unsoed. Stagnansi yang selalu berjalan dari tiap periode kepengurusan DLM membuat banyak kalangan aktivis organisasi kampus yang bernaung di Fapet Unsoed sering memperbincangkannya. Tak ayal ini membuat beberapa aktivis kampus yang mengatasnamakan dirinya KM Fapet mengkritisi keberadaan DLM melalui selebaran.


Selebaran yang terdiri atas terdiri dua bagian. Salah satunya berbentuk pamflet yang berbunyi “Segenap Keluarga Mahasiswa Fakultas Peternakan Unsoed mengucapkan Turut Berduka Cita Atas Meninggalnya Dewan Legislatif Mahasiswa (DLM) Di Kampus yang Tercinta. Sementara salah satu selebaran dibuat dalam format makalah usulan penelitian. Dalam selebaran itu dianalogikan semacam usulan penelitan dengan judul “Pengaruh Kematian Dewan Legislatif Mahasiswa (DLM) Terhadap Keberlangsungan Organisasi Di Kampus Fapet Tercinta”.


Ada satu hal yang cukup kontroversi dalam selebaran tersebut. Dari dua selebaran yang dipasang di beberapa jendela kaca sekretariat beberapa UKM, semuanya mengatasnamakan KM Fapet Unsoed. Menaggapi hal tersebut, Altin Juliana C, selaku Presiden BEM Fapet Unsoed mengaku otoritasnya sebagai pimpinan lembaga dalam hal ini BEM merasa terganggu dengan pencantuman KM Fapet Unsoed. “Saya berkesimpulan jika selebaran itu dikeluarkan oleh KM Fapet berarti ada rapat yang seharusnya saya juga ikut,” tegasnya.


“Kalo dilihat dari tulisannya, melihat keadaan bahwa DLM selama ini tidak ada kegiatan dan memang tidak kelihatan mana anggota DLM dan mana program kerjanya. Apakah hanya melakukan pemira dan pelantikan BEM? Memang dirasakan seperti itu keadaanya dan ada yang menyimpulkan mati. Itu sah-sah saja tapi ketika selebaran itu ditulis dengan nama KM Fapet, saya sangat tidak setuju karena otoritas saya sebagai pimpinan lembaga BEM merasa terganggu. saya ataupun beberapa UKM tidak merasa ikut rapat dan tidak ikut merumuskan hal tersebut tiba-tiba ada tulisan KM Fapet. Arti KM Fapet kan luas tidak hanya unsur elemen, UKM, HMPS, BEM dan DLM tapi kebawahnya adalah mahasiswa secara keseluruhan.” keluh Altin.


Namun hal berbeda dikemukakan oleh Sofin Faiz. Menurutnya dalam draft yang ditulis di selebaran tersebut menggunakan kata-kata segenap dimana kata segenap tersebut mengandung artian sebagian bukan seluruh.


“Kalo ketakutan saya mungkin itu masalah redaksional. Mungkin bikinnya pas malem-malem. Kita kan ga tau, orang itu bikinnya kaya gimana. Tapi yang saya cermati itu adalah segenap, segenap kan bukan seluruh. Saya juga mikir kalo cuma segenap doang itu artinya sebagian. Pertama saya melihat juga berpikir apakah anak-anak KM udah nyetujui belum, tapi setelah saya rujuk-rujuk kembali segenap itu beda dengan seluruh. Kecuali kalo kata-katanya seluruh mahasiswa KM, nah itu baru timbul permasalahan. Tapi kalo segenap atau sebagian ya ga masalah,” terangnya.


Lebih lanjut Someth, sapaan akrab Sofin Faiz, menjelaskan bahwa pencantuman nama KM tidak harus melalui sebuah mekanisme pertemuan formal. Atau dengan kata lain pemanfaatan sekre bisa digunakan untuk pertemuan informal atau ngumpul-ngumpul. “Kalo misal mengatasnamakan KM Fapet pun tidak masalah karena di situ sudah ada anak Proter, anak Nutrisi, dan ada anak-anak yang lain. Kalo menurut saya mengatas namakan KM itu sudah mewakili kalo yang sering ngumpul-ngumpul itu anak Fapet dan anak organisasi,” ujarnya.


Mengenai siapa yang memasang selebaran tersebut, baik Someth maupun Altin sama-sama mengaku tidak tahu menahu. “Mungkin mahasiswa Fapet yang peduli dengan keberlangsungan organisasi di peternakan ini. Kalo menurut saya seperti itu,” ujar Someth. Begitu juga Altin, menurutnya dirinya tidak mau terlalu mengira-ngira karena nantinya menimbulkan gonjang-ganjing di sana sini dan malah kampus ini tidak dinamis. Jadi tidak perlu ditanggapi, jadikan saja sebagai koreksi.


Lebih lanjut, Altin menjelaskan, “Saya pikir hal itu nantinya akan menguras tenaga karena ketika kita mengadakan suatu forum untuk membahas itu, nanti yang dibahas di dalamnya setelah ketemu atau bentuk tim investigasi akan butuh waktu dan butuh orang. Lebih baik run aja dengan program kerja masing-masing, pengkritisan menjadi bahan untuk koreksi bersama, pengkritisan masalah sah-sah aja asalkan jangan mengatasnamakan pihak lain. Mungkin untuk BEM tidak akan menanggapi secara serius.”


“Menurut saya sebagai kampus yang demokratis hal itu sah-sah saja asal keetisannya adalah yang pertama tidak mengatasnamakan pihak lain. Kalo memang itu individu, tulis saja mahasiswa yang masih peduli atau cinta dengan kampus. Terkait dengan pemasangannya harus pada tempatnya. Kalo di mading umum ya silakan tetapi kalo misal di mading UKM ya minta ijin dulu. Tapi mo minta ijin gimana lah wong itu selebaran kaleng,” jelas mahasiswa nutrisi ini. (Rd_177/Hus)

Lab. Bahasa Berbagi Ruang Dengan AEC

Fapet Unsoed-Husbandry. AEC (Animal English Club_red) sebuah UKM yang memfokuskan pada kemampuan mahasiswa Fapet dalam penggunaan bahasa Inggris ternyata belum mempunyai sekretariat. Ruangan yang selama ini terletak di lantai 3 sayap selatan kampus peternakan merupakan bagian dari proyek Que-Project untuk pengembangan bahasa, khususnya bahasa Asing. Saat ditemui Husbandry setelah menyantap hidangan nasi pecel di Kantin Fapet, Presiden BEM Fapet Altin Juliana juga menjelaskan bahwa ruangan tersebut merupakan bagian dari proyek Que-Project untuk pengembangan bahasa. "SK (Surat Keputusan_red) dari fakultas untuk ruangan itu tidak untuk AEC, namun karena ada UKM yang sama-sama bergerak dalam bidang bahasa asing maka AEC diamanatkan untuk mengelola ruangan tersebut".

Hal senada juga dituturkan oleh Muhdanisyan bahwa AEC hanya dipinjamkan ruang tersebut oleh Que-Project untuk mengelola dan merawatnya. Mahasiswa berperawakan kurus yang juga menjabat sebagai ketua AEC menggantikan Imam Budianto mengeluhkan bahwa apabila sekre AEC berada di ruang pengembangan bahasa benar-benar mengganggu jalannya rapat koordinasi antara anggota dan pengurus AEC untuk pelaksanaan program kerja yang ingin dilaksanakan.

"Biasanya Rapat dilaksanakan sore hari setelah praktikum selesai dan biasanya rapat tersebut sampai tengah malam. Namun karena letaknya yang di lingkungan dalam gedung dan memang bukan milik kita (AEC-red), ya biasanya kiat izin dulu ke penjaga malam”, keluhnya.

Hampir setiap hari kecuali hari Kamis dan Minggu mulai dari jam 09.00-12.00 ruang tersebut digunakan untuk pelatihan TOEFL. Ruang gerak AEC dalam ruangan tersebut juga benar-benar terbatasi, tidak semua sarana dan prasarana dalam ruangan dapat dimanfaatkan karena memang bukan milik AEC.

"Saya memang di pegangi kunci ruangan, tapi apabila ingin menggunakan sarana dan prasarana dalam ruang tersebut harus melalui prosedur peminjaman kepada Fakultas", ujar Danish sapaan akrabnya. Anak ke-2 dari 3 bersaudara ini sangat mengharapkan agar tiga sekretariat sebelah utara yang masih tak berpenghuni, salah satunya akan menjadi sekretariat AEC guna memperlancar program-program kerja yang akan dilaksanakan. (Arif_189/Hus)

Tajuk

Pemilu Raya untuk pemilihan BEM dan DLM dudah di depan mata. Pesta demokrasi akan berlangsung di kampus coklat sapi bali ini dalam waktu yang tidak lama lagi. Pendaftaran partai pun telah dibuka sejak beberapa hari yang lalu. Perubahan tejadi dari Pemira tahun lalu, partai yang akan dicalonkan harus berasal dari UKM maupun HMPS dengan alasan untuk mengantisipasi apabila setelah pemira selesai, anggota legislatif yang terpilih kinerjanya akan terus terpantau UKM dan HMPS yang mendukungnya karena biasanya partai-partai yang mendukungnya juga lenyap. Alasan yang logis dan cocok untuk diterapkan di atmosfer organisasi mahasiswa Fapet. Karena melihat kinerja dari DLM yang dinilai tidak terpantau dan kurang koordinasi sehingga memunculkan kritikan-kritikan pedas untuk DLM melalui selebaran-selebaran misterius. Memiliki tantangan tersendiri untuk bisa menjadi BEM maupun DLM saat ini, melihat kondisi organisasi-organisasi mahasiswa di Fapet saat sekarang ini yang sering mengalami pasang surut. Jadi memang dibutuhkan orang-orang yang bisa menghidupkan organisasi di kampus, orang yang memiliki dedikasi dan loyalitas tinggi. Semoga dengan adanya Pemira ini, kita mendapatkan calon-calon yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Hidupkan kembali kejayaan kampus Fapet Unsoed.

FKMS Hijaukan Fapet


Fapet Unsoed- Husbandry. Dalam rangka peringatan Hari Bumi se-Dunia, Selasa (22/04) lalu, Forum Komunikasi Mapala Sudirman (FKMS_red) adakan penghijauan dengan penanaman pohon di lingkungan Unsoed . Tak luput, Fakultas Peternakan menjadi salah satu tempat penanaman pohon tersebut. Rombongan FKMS yang memulai start dari Fakultas Biologi tiba di Fapet pukul 09.00 WIB. Diterima oleh Presiden BEM Fapet, Altin Julianna dan Ketua Umum Capra Pala, Dedi Kurniawan di hall belakang, penyerahan secara simbolis dilakukan dengan menanam bersama satu pohon akasia. Kemudian serentak ditanam pohon lain di berbagai tempat oleh rombongan FKMS.


Salah satu unit kegiatan mahasiswa di Fapet yang turut andil dan mendukung dalam FKMS ini adalah Capra Pala. Menurut Ketua Umumnya, Dedi Kurniawan menjelaskan bahwa kegiatan tersebut sangat bagus karena merupakan sebuah bentuk kepedulian terhadap bumi. Selain itu, kegiatan ini juga merupakan tanggapan atau reaksi dari FKMS mengenai isu global warming yang sedang marak diperbincangkan saat ini.


Selain penghijauan, FKMS juga melaksanakan serangkaian kegiatan lain yang mengingatkan akan pentingnya bumi yaitu bakti sosial pada warga yang terkena angin puting beliung di Mrebet Purbalingga pada tanggal 23 April 2008, workshop dan nonton film di depan kantor pusat Unsoed serta pementasan teater dari Fakultas ISIP tanggal 22 April 2008.(Fiqi_Hus/193).

Fapet Didik Mahasiswa dari Papua

Fapet Unsoed – Husbandry. Kurang lebih sudah empat bulan ini Fapet mendidik mahasiswa yang berasal dari luar Unsoed. Sebanyak 30 mahasiswa dari seluruh Indonesia mendapat kesempatan untuk memperdalam ilmu di Fapet Unsoed selama 1 semester mereka ditempa di D3 PTUP. Sebelum di Fapet, ke-30 mahasiswa tersebut dididik di PPPG ( Pusat Penataran Pengembangan Guru Pertanian ) Cianjur, Jawa Barat .

Program yang diprakarsai oleh DIKMANJEUR( Pendidikan Menengah dan Kejuruan ) dengan menjaring berbagai siswa teladan disetiap daerah yang kemudian diseleksi di propinsi asalnya. Barulah perwakilan tersebut menjadi duta-duta pelajar yang pembiayaannya dianggarkan oleh propinsi masing-masing sebagai utusan daerah. Setelah berlangsungnya kegiatan perkuliahan di Cianjur maka program tersebut kemudian dialihkan kepada DIKTI yang berkerjasama dengan Unsoed. Seperti yang diungkakpkan oleh Ir. Dzoeharso, BPWselaku Ketua Prodi D3 PTUP. “ Program tersebut merupakan kerjasama dari 3 intitusi yaitu Unsoed, DIKTI ,dan PPPG, dimana Unsoed akan mengeluarkan ijazah kelulusan melalui D3 PTUP sebagai insitusi yang berwenang yang. bertujuan untuk menghasilkan mahasiswa – mahasiswa unggulan dan maju. Sampai saat ini program tersebut telah berjalan dengan metode pembelajaran yang berbeda dari sekolahnya terdahulu.

Mahasiswa dari berbagai daerah mendapatkan kesempatan yang langka tersebut mulai dari wilayah Nanggroe Aceh Darusalam sampai Papua. Program ini juga bertujuan menjadikan mahasiswa tersebut menjadi guru yang dikemudian hari bisa berguna bagi daerah, “ Setelah kuliah selama 3 tahun ini kami akan kembali ke daerah masing-masing untuk menjadi tenaga pengajar” ujar Andig selaku mahasiswa yang menjabat sebagai koordinator di Peternakan. Teman seangkatannya juga sependapat bahwa setelah lulus mereka akan dijadikan guru dan bila di daerahnya tersebut tidak membutuhkan akan ditempatkan di tempat lain yang masih kosong. (Steve_194/Hus).

Ex-Farm Under Pak Sufir Authority

Fapet-Unsoed.Menjalankan program yang telah direncanakan untuk membenahi manajeman ex-farm. Itulah yang diungkapkan Drh.Sufiriyanto ditemui di ruang kerjanya, Sabtu (18/04) kemarin. Salah satu dosen Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman yang genap enam bulan memimpin ex-farm pada tanggal 1 Mei mendatang mengungkapkan bahwa program-program yang dia canangkan sudah mulai berjalan.

Bahkan sudah mulai menunjukkan hasil yang baik. Memaparkan program-program yang dia rencanakan, Drh.Sufiriyanto menjelaskan tentang pembagian program jangka panjang dan jangka pendek. Kepala laboratorium Kesehatan Ternak yang melepaskan jabatannya setelah menjadi pemimpin ex-farm ini mengaku hal yang paling awal dia benahi adalah masalah karyawan.

"Jadi begini, yang pertama kali saya benahi waktu itu adalah masalah karyawan. Karena pada saat saya baru masuk, itu ternyata suasana kerja karyawan tidak harmonis. Penyebabnya adalah karena ada kecemburuan sosial. Nah, kalo sekarang sudah tidak lagi", paparnya sembari mengingat-ingat. Menurutnya kecemburun sosial itu disebabkan karena anggapan beberapa karyawan tentang pembagian uang sisa hasil usaha yang tidak merata.

Hal lain yang tidak kalah penting untuk segera dijalankan adalah program jangka panjang untuk menjadikan ex-farm sebagai "Agribisnis Peternakan Terpadu" dimana ex-farm nantinya akan menjadi unit usaha yang mandiri dan menguntungkan. Untuk mencapai tujuan ini, dia dan staffnya sudah mulai melangkah dengan membenahi manajemen di ex-farm. "Langkah pertama yang saya lakukan yaitu dengan membagi ex-farm menjadi beberapa bagian unit usaha yang mandiri. Artinya setiap unit usaha berdiri sendiri dan saling mendukung", jelas dosen yang mengampu mata kuliah Ilmu Kesehatan Ternak ini.

Unit-unit usaha itu dianataranya adalah Unit Sapi Perah, Unit Sapi Potong, Unit Kambing, Unit Rumput, Unit Penanganan Limbah, Unit Unggas serta unit lain yang dianggap bisa berproduksi serta dapat dihitung hasil produksinya. Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa antar unit usaha saling membutuhkan dan harus memiliki target produksi serta perhitungan untung rugi.

Secara riil, dapat digambarkan misalnya Unit Rumput akan menjual rumputnya kepada Unit Sapi dengan harga Rp 200,00/Kg sehingga unit rumput mempunyai penghasilan. Kemudian Unit Sapi Perah akan mendapatkan penghasilan dengan menjual susu. Menurut Pak Sufir, begitu Drh.Sufiriyanto biasa dipanggil, hal tersebut bertujuan untuk memudahkan manajemen dan menilai tingkat keberhasilan usaha yang dijalankan. "Dengan adanya hal ini, saya berharap akan lebih mudah megontrol pengelolaannya. Selain itu, dengan ditetapkannya target produksi, kita bisa menilai tingkat keberhasilan setiap unit usaha tersebut", ujar orang nomor satu di ex-farm ini.

Selain hal tersebut, seperti disebutkan didepan mengenai kecemburuan sosial akibat pembagian sisa hasil usaha. Dengan sistem unit usaha ini, setiap karyawan akan mendapatkan bagian hasil usaha yang merata dan besarnya sesuai dengan apa yang dia hasilkan. "Begini, misalnya Unit Sapi Perah, para karyawannya akan mendapatkan fee (uang tambahan_red) dari pembagian keuntungan yang didapat. Nah, kalo besarnya itu tergantung hasil yang mereka capai. Jadi diharapkan selain tidak ada cemburu-cemburuan lagi semangat kerja mereka juga tinggi", ungkap Drh.Sufiriyanto berharap. Tidak lupa dia juga mengungkapkan bahwa para mahasiswa yang menjadi pawang kandang juga akan ikut merasakan hasil usaha meraka memelihara ternak ex-farm.

Berkaitan dengan posisi ex-farm sebagai tempat praktikum mahasiswa. Pria paruh baya ini menjelaskan bahwa tidak ada masalah. Praktikum tetap bisa dijalankan seperti biasanya. "Kalo masalah praktikum ya...tidak apa-apa, seperti biasanya saja. Wong ex-farm kan memang untuk itu.

Walaupun, memang biasanya kalo habis buat praktikum produksinya jadi turun tapi tidak apa-apa lah, kita tetap melayani dengan baik", ujarnya menjanjikan. Mengungkapkan harapannya, Drh.Sufiriyanto berharap adanya kerjasama yang baik dari semua pihak terutama dari kalangan civitas akademika untuk mendukung kemajuan ex-farm.(doT_188/HUS).

Ramainya Fotokopi Kampus Saat Ujian

Menjelang ujian tengah semester "Fotocopy Kampus" disesaki mahasiswa. Usaha fotocopy yang dikelola oleh Fakultas Peternakan Unsoed ini memang kerap menjadi tujuan mahasiswa khususnya mahasiswa Fakultas Peternakan Unsoed untuk mencari materi kuliah untuk difotocopy. Muhajir, SE, selaku orang yang dipercaya oleh pihak Fakultas untuk mengelola "Fotocopy Kampus" membenarkan hal tersebut.

Ditemui disela-sela kesibukannya Senin (14/04) kemarin, pria berjenggot ini menceritakan perihal ramainya fotocopian yang dikelolanya. "Biasanya memang pada hari-hari menjelang ujian, terutama seminggu sebelum ujian fotocopian sini tambah rame sampai pelayannya kewalahan", ungkapnya menceritakan.

Menurutnya mahasiswa biasa mencari materi dari dosen yang sengaja dimasterkan (dititipkan untuk difotocopy_red) dan soal-soal ujian tahun-tahun sebelumnya. "Kalo menjelang ujian seperti ini yang paling sering dicari mahasiswa biasanya soal-soal ujian tahun sebelumnya. Yaa...biasanya ada dari himpunan mahasiswa yang naruh kumpulan soal-soal ujian tahun sebelumnya. Selain itu materi kuliah juga banyak yang nyari", ungkap karyawan yang bekerja di Bapendik Fapet Unsoed ini.

Ditanya lebih jelas mengenai kenaikan omset, pria berperawakan sedang ini mengaku belum bisa menyebutkan secara pasti. Hal tersebut disebabkan karena usia alias jam operasi yang belum lama. "Untuk angka pastinya saya belum bisa menghitung, soalnya kita kan masih baru, jadi masih bannyak pelanggan-pelanggan baru yang muncul tiap harinya. Yang jelas memang bener kalo menjelang ujian tambah rame", paparnya.

Meskipun begitu, dia dan staffnya tatap melakukan antisipasi untuk menghadapi lonjakan jumlah pengguna jasa fotocopy ini. Yaitu dengan cara menambah stok kertas sampai 300 rim untuk bulan-bulan yang ada ujiannya. Karena pada bulan-bulan biasa dimana tidak ada ujian, biasanya jasa fotocopy yang dikelolanya ini menghabiskan sekitar 70 rim kertas per bulan.

Mengenai masalah mesin fotocopy, dia menjelaskan bahwa ada tiga mesin yang disediakan. Namun hanya dua yang digunakan untuk operasional. Hal tesebut memang disengaja, karena yang satu hanya sebagai cadangan agar apabila ada yang rusak bisa dipakai untuk menggantikan selama alat yang rusak diperbaiki.

Ditemui dikesempatan yang berbeda, uchy, begitu mahasiswi Fakultas peternakan yang memiliki nama lengkap Susi Soekarno ini biasa dipanggil, menceritakan tentang kebiasaanya mencari materi kuliah di tempat fotocopy menjelang ujian tiba. Gadis asal Ciamis ini menjelaskan bahwa selain karena kurang yakin dengan catatan yang dimiliki, dia juga biasa mencari soal-soal ujian tahun-tahun sebelumnya sebagai referensi untuk menghadapi ujian yang akan datang.

"Em....gimana yah, aku sih biasanya suka nyari materi kuliah menjelang ujian karena masih kurang percaya diri sama catetan yang aku punya. Selain itu aku juga suka nyari-nyari soal ujian tahun sebelum-sebelumnya, ya... buat latihan aja", ungkap gadis imut ini ketika diwawancarai disela-sela kesibukan kuliahnya.

Ketika ditanya alasan kenapa tidak fotocopy dari awal kuliah, mahasiswi yang masuk Fakultas Peternakan Unsoed tahun 2005 ini menjelaskan bahwa hal tersebut disebabkan karena pada awal-awal kuliah kadang-kadang materi yang mau difotocopy belum ada. Karena tidak setiap dosen memberikan materi untuk difotocopy terutama pada awal-awal masa kuliah.(doT_Hus/188).

Suasana Kerja Ex-Farm Lebih Enak

Selama enam bulan kepemimpinannya, Drh Sufiriyanto menunjukkan kinerja yang baik dalam mengelola Experimental Farm (ex-farm) Universitas Jenderal Soedirman. Hal tersebut dibenarkan oleh Waluyo, salah satu karyawan yang sudah bekerja di ex-farm sejak tahun 1993 ini mengaku walaupun belum genap enam bulan, Drh.Sufiriyanto memegang kendali pengelolaan ex- farm, namun hasilnya sudah mulai terasa. Menurut karyawan yang bekerja di bagian Unit Sapi Perah ini, sejak kepemimpinan Drh Sufiriyanto, hal yang paling terasa yaitu situasi kerja yang lebih nyaman. "Iya..lebih baik, sejak Pak Sufir yang mimpin, suasana kerja lebih baik. Soalnya beliau lebih perhatian, baik kepada ternak maupun kepada karyawan", ungkapnya.
Selain suasana kerja, diakuinya bahwa produksi susu sebagai hasil utama pemeliharaan sapi perah juga meningkat. "Selain itu, produksi susu juga naik, soalnya kalo ada sapi yang produksinya rendah langsung diafkir trus diganti sama yang bagus", ungkap karyawan ini ditemui disela-sela istirahatnya.

Tidak hanya itu, cara pengelolaan yang berbeda serta dibukannya kesempatan yang luas untuk berkonsultasi diakuinya ikut menjadi penyebab naiknya produsi susu dari sapi-sapi yang dia pelihara. "Kalo pak Sufir itu sama ternak mau ngurusi langsung datang ke kandang trus beliau juga melayani kalo ada karyawan yang mau konsultasi", ungkapnya masih menggunakan pakaian kerja.

Ternyata bukan hanya karyawan saja yang merasakan perbedaanya. Tanpa bermasud menjelek-jelekkan pemimpin sebelumnya. Arif Margianto, mahasiswa yang sedang melakukan penelitian dan merupakan bekas pawang kandang di ex-farm mengaku setelah ex-farm dipimpin oleh Drh.Sufiriyanto, suasananya menjadi lebih menyenangkan.

"Iya, lebih enak, pokoknya walaupun aku udah gak jadi pawang kandang, tapi yang saya rasakan disini sekarang lebih nyaman. Soalnya Pak Sufir orangnya perhatian, terutama sama ternak", ungkap mahasiswa angkatan 2002 ini.(doT_Hus/188).

Kampus Fapet Tampil Cantik


Setelah diperbaiki dan dicat, sudah menjadi tanggungjawab kita bersama untuk menjaga keindahan dan kenyamanan kampus Fakultas Peternakan UNSOED. Setidaknya itulah pesan dan harapan yang dikemukakan oleh Ir.Agus Priyono, MP. Pria yang menjabat sebagai Pembantu Dekan II di Fakultas Peternakan UNSOED ini mewanti-wanti dan mengajak kepada seluruh civitas akademika khususnya di Fakultas Peternakan untuk bersama-sama menjaga lingkungan kampus agar tetap nyaman ditempati.


Ditemui diruang kerjanya Rabu (14/04) kemarin, pria yang biasa memakai kaca mata ini mengungkapkan bahwa perbaikan dan pengecatan gedung Fakultas Peternakan bukanlah sebuah agenda rutin. Oleh sebab itu harus lebih dijaga, supaya semua pihak yang berkepentingan ikut merasakan kenyamanan berada di Fakultas Peternakan.


Ditanya menenai anggaran yang digunakan dalam proyek ini, Ir.Agus Priyono,MP mengaku tidak tahu-menahu masalah pendanaan maupun program kerja dalam pekerjaan ini. Menurutnya itu adalah wewenang universitas langsung sebagai pelaksana proyek. "Kalau masalah dana saya tidak tau, karena itu urusan pihak universitas. Kalo yang saya tau dana itu merupakan dana yang berasal dari pemerintah. Kita disini cuma mengajukan semacam proposal. Nah apakah dipenuhi atau tidak itu urusan sana", ungkapnya


Lebih lanjut pria berperawakan sedang ini menjelaskan bahwa apabila proposal yang diajukan diterima, maka urusan selanjutnya adalah antara pihak universitas dengan pemborong. Untuk masalah program kerja dan pendanaan itu bukan urusan fakultas lagi. "Bahkan secara prosedural kita tidak diwajibkan untuk melakukan pengawasan terhadap pekerjaan yang dilakukan. Cuma ya...kita tau dirilah. Masa kita minta, trus udah dikasih kita cuek-cuek aja, kan kayaknya jadi terlihat kurang terima kasih banget lah", ungkap pria yang memiliki kesibukan padat ini.


Ir.Agus Priyono,MP juga menyesalkan tindakan-tindakan kurang bertanggungjawab yang kadang dilakukan oleh mahasiswa kaitannya dengan keindahan kampus. "Gini...saya kadang kurang suka sama tindakan mahasiswa atau siapa saja lah. Wong udah tau tembok baru dicat dia malah berdiri dekat tembok, trus kakinya ditekuk kebelakang. Nah sepatunya bikin cap ditembok, itu kan kurang pas lah menurut saya. Ya...mungkin itu kebiasaan, tapi saya jadi sedih melihatnya", paparnya.


Ditemui dikesempatan yang berbeda, Jaenal Abidin dan Diah Rositayanti, mahasiswa Fakultas Peternakan UNSOED angkatan 2004 ini mengaku senang dengan adanya perbaikan dan pengecatan kampus yang dilakukan. Terlepas dari siapakah yang mengerjaknnya, mereka senang karena merasa uang yang mereka bayarkan selama menjadi mahasiswa dapat mereka rasakan manfaatnya. Walaupun mengaku agak sedikit terganggu dengan suasana yang ada, Jaenal Abidin berpendapat bahwa dengan adanya perbaikan dan pengecatan kampus, suasana kampus menjadi lebih nyaman. "Ya...walaupun sedikit terganggu oleh prosesnya tetapi nggk apa-apa, soalnya dengan kaya gini kan suasana kampus menjadi rapi, beautiful trus indah alias good looking", ungkapnya sedikit berbahasa Inggris. Ditanya mengenai harapan, mahasiswa yang sedang sibuk mengerjakan tugas akhir ini mengungkapkan bahwa agar setelah diperbaiki, semua pihak diharapkan agar mau menjaga apa yang telah ada. Agar tercipta suasana yang nyaman dan menyenangkan.(doT_Hus/188)

Partai Harus Dari UKM dan HMPS

Fapet Unsoed – Husbandry. Dewan Legislatif Mahasiswa (DLM_red) sebagai sebuah lembaga legislatif yang fungsinya sebagai controlling bagi kinerja Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM_red) akan mengadakan sebuah pesta demokrasi besar di kampus peternakan pada tanggal 12-14 Mei 2008.

Saat semua mata tertuju ke televisi akan pemberitaan mengenai Pilkada yang sedang atau akan berlangsung di Kabupaten-Kabupaten ataupun propinsi-propinsi di wiloayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, Fakultas Peternakan pun seolah tak ingin ketinggalan.

Di tengah maraknya kritikan melalui selebaran-selebaran yang menganggap DLM telah mati, lembaga yang bisa dibilang sebagai Dewan Perwakilan Rakyat (DPR_red)nya mahasiswa Fakultas Peternakan akan mengadakan Pemilu Raya 2008 (Pemira 2008_red). Sebuah kegiatan yang memang menjadi sebuah ritual yang wajib diadakan untuk keberlangsungan roda organisasi khususnya lembaga Legislatif dan Lembaga Eksekutif kampus peternakan.

Andi Purwandani selaku kordinator DLM mendefinisikan bahwa pemira merupakan sarana keluarga mahasiswa Fapet Unsoed dalam rangka menetukan mahasiswa yang akan duduk dalam lembaga mahasiswa. “Sama seperti tahun kemarin, Pemira kali ini akan mencari mahasiswa yang akan duduk di lembaga mahasiswa seperti BEM dan DLM melalui partai-partai yang ada di kampus ini”, jelasnya. Dengan mengenakan pakaian islami, pria yang akrab dipanggil keong menambahkan jika pada pemira ini, partai-partai yang akan mendaftar harus berasal dari UKM dan HMPS atau koalisi antara UKM dan HMPS.

“Dengan ketentuan seperti ini untuk mengantisipasi apabila setelah pemira selesai, anggota legislatif yang terpilih kinerjanya akan terus terpantau UKM dan HMPS yang mendukungnya karena biasanya partai-partai yang mendukungnya juga lenyap” ujar Altin Juliana. (Arif_Hus/189).

CAPRA PALA ADAKAN LINTAS ALAM


Fapet. Unsoed-Husbandry. Kegiatan lomba lintas wisata alam yang diadakan oleh Capra Pala Minggu, 13 Apri lalu mendapatkan sambutan yang antusias dari pencinta alam di seluruh Banyumas. Sebanyak 47 team dari seluruh OPA umum, OPA Unsoed , Pelajar dan umum se- Kabupaten Banyumas mengikuti acara lomba lintas wisata alam ini. Lomba yang memperebutkan Piala Dekan ini rencananya akan diselenggarakan setiap tahun. “Lintas lintas wisata alam ini diselenggarakan untuk memperingati Dies Natalies Fapet Unsoed sekaligus sebagai bagian dari tahun kunjungan wisata 2008 untuk Banyumas sendiri. Dan Insya Allah akan diadakan setiap tahunnya “ujar Arly Wisnuaji, ketua panitia acara tersebut.


Bekerjasama dengan PT. Palawi dan pihak Lokawisata Baturraden, lomba lintas wisata tersebut mengambil rute dari Bumper Baturraden kemudian masuk ke Lokawisata Baturraden lewat pancuran tiga dan pancuran tujuh kemudian melintas ke curug gede dan dilanjut sampai Fapet Unsoed. Lomba ini dilaksanakan untuk mendapatkan perhatian para peserta lebih intens kepada alam sekitar yang selama ini mulai dilupakan “Dalam acara ini peserta akan disuguhi berbagai macam pamandangan alam di baik di lokawisata maupun pedesaan“ ungkap Arly saat ditemui di sela-sela kesibukannya. Selain itu, melalui jalan yang tak biasanya dilewati peserta akan didapatkan rasa cinta dan peduli pada kelestarian alam.


Ketepatan waktu dan kekompakan dari tiap regu merupakan kriteria bagi peserta untuk dapat memenangkan lomba. Berdasarkan penilaian juri, juara 1 berhasil direbut oleh Swampala pelajar dari Cilacap, juara kedua Wika Pala pelajar dari SMK Widya Karya dan juara ketiga oleh pelajar dari SMK 1 Purwokerto dimana masing-masing juara mendapatkan Piala Dekan dan uang pembinaan. Keluhan dan harapan dari pihak peserta dilontarkan, Dr.Masrukin salah seorang peserta dari Fisip Unsoed mengungkapakan “Lintas alam ini sudah bagus tapi masih banyak kendala diluar teknis, sayang banyak tanda-tanda arah yang dirusak oleh kelompok sebelumnya”. Selain itu, ia juga menginginkan acara ini untuk diselenggarakan setiap tahunnya untuk menjaga sekaligus melestarikan alam. (Steve_Hus/194)

3 Sekre Baru Tak Kunjung Di Huni


Fapet Unsoed-Husbandry. Sudah berbulan-bulan pembangunan tiga sekre baru di sebelah utara ini telah selesai, namun sampai sekarang bangunan tersebut masih kosong tak berpenghuni. Hal ini pasti banyak menimbulkan pertanyaan bagi banyak mahasiswa. Saat di konfirmasi tentang tiga bangunan sekre yang masih kosong, Suyanto selaku Kepala Bagian Umum mengutarakan bahwa mengenai masalah bangunan tiga sekre yang baru dirinya belum mengetahuinya. Belum ada pemberitahuan mengenai penyerahan sekre tersebut kepada tiap-tiap UKM yang akan menempatinya.


Ir. Agus Priyono MP menjelaskan bahwa “Pembanguan tiga sekre ini memang sudah selesai, tetapi untuk berita acara penyerahan belum sampai ke saya. Ia juga sudah dua kali memberi surat penegasan kepada pihak POM untuk secepatnya membuat berita acara tentang penyerahan tiga sekre baru ke pihak Fakultas, karena dari Pembantu Dekan III (PD III_red) sudah memberi himbauan kepada saya mengenai tiga sekre tersebut karena banyak UKM yang menanyakan ketiga bangunan sekre itu”, jelas lelaki yang menjabat sebagai Pembantu Dekan II (PD­ II_red) ini.


Saat ditemui Husbandry di ruangannya, Ir. Herry Suprapto, MP menegaskan bahwa penyerahan tiga sekre tersebut sudah dibuat berita acaranya ke pihak Fakultas melalui Dekan. Adanya informasi yang berbeda antara PD II dan pihak Fakultas mengenai penyerahan sekre baru dari POM ke Fakultas, dosen yang berdomisili di Tanjung ini menjelaskan ”Sebenarnya alurnya dari POM ke PD II kemudian Bagian Umum, dari Bagian Umum ke PD III, diteruskan ke BEM baru ke UKM”. Dan informasi sampai saat ini berita acara sudah sampai ke fakultas mungkin melalui dekan fapet.. Pada kesempatan ini ia mengeluhkan tentang dinamika kampus yang sedikit menurun yang seharusnya sekre digunakan untuk kepentingan mahasiswa sebagai wadah belajar berorganisasi. Ia juga berharap dengan bertambahnya sekre baru dinamika kampus juga akan bertambah ramai, tetapi bukan ramai mahasiswa yang nongkrong ataupun untuk sekedar kumpul saja, karena sekre adalah tempat untuk berkreasi dan berorganisasi, bukan malah sebaliknya tempat buat tidur. Lebih lanjut ia juga menjelaskan penyerahan sekre baru sudah dibicarakan dengan pihak BEM, rencananya penyerahan akan digabungkan dengan acara pengukuhan UKM Olahraga. "Jangan sampai sekre digunakan yang tidak semestinya, patuilah peraturan yang ada. Dulu yang belum difasilitasi sekre pun bisa berjalan, semestinya setelah ada sekre dinamika kampus akan lebih maju.”, tambahnya .


Saat dikonfirmasikan ke pihak BEM, Altin Juliana menuturkan bahwa dirinya telah konfirmasi dengan UKM olahraga untuk secepatnya menentukan waktu pelantikan pengurus, karena dari PD III meminta penyerahan sekre baru akan digabungkan dengan pengukuhan pengurus UKM olahraga yang baru. (Nafi_190/Hus)

Dr. Ir. Ahmad Sodiq, M.Sc.agr: HIDUP ITU MENGALIR APA ADANYA

Hampir sebagian mahasiswa Fakultas Peternakan tentunya sudah tidak asing lagi dengan Dr.Ir.Ahmad Sodiq.M.Sc.agr. Dosen yang sering berada di ruang QUE sampai sore hari ini, ternyata merupakan seorang bapak yang sangat memperhatikan pendidikan putra dan putrinya. Berbekal keyakinannya bahwa watak seseorang tidak bisa di up-grade begitu saja dan watak seseorang harus dibentuk melalui proses yang panjang, maka Pak Sodiq –sapaan akrab Dr.Ir.Ahmad Sodiq.M.Sc.agr- menyekolahkan anaknya bukan hanya di Sekolah Dasar saja, Madrasah pun ia percayai menjadi tempat sekolah putrinya pada sore hari. Kebetulan, di daerah kediamannya di desa Pasir Wetan Kec. Karang Lewas Kab. Banyumas terdapat sebuah Madrasah tempat putrinya menimba ilmu. “Saya kira dengan begitu mudah-mudahan bisa membentuk karakter anak saya”, ujar Bapak dua orang anak ini disela-sela aktifitasnya.

Dalam hal urusan keluarga, Dr.Ir.Ahmad Sodiq.M.Sc.agr menggambarkan dengan filosofi huruf hija’iyyah yakni fa’ yang menurutnya bahwa huruf fa’ dengan titik diatasnya mengartikan bahwa kelak seorang laki-laki akan menggendong anak dan istri bahkan sampai keluarga dalam berumahtangga “Ini sebenarnya sesuatu yang berat bagi seorang laki-laki apabila telah memahami filosofi huruf fa’ tadi dalam, kecuali kalau laki-laki tadi mau enjoy-enjoy saja”, tutur dosen ramah ini sambil terkekeh.

Terlepas dari itu, dosen yang berasal dari pantura ini juga sangat respek dengan masyarakat. Contohnya yang saat ini sedang sibuk dilakukannya yaitu bersama Fakultas menjadi fasilitator dalam kegiatan Sarjana Masuk Desa (SMD), yang nantinya para sarjana yang lolos seleksi SMD diharapkan dapat melakukan transfer teknologi yang didapat sarjana dari Perguruan Tinggi ke masyarakat untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan, “Sebenarnya yang dibutuhkan masyarakat itu adalah fasilitas IPTEK dek, untuk meningkatkan kesejahteraan hidup seperti ekonomi, pendidikan yang layak, pelayanan kesehatan, dll”, tuturnya dengan logat yang khas, yakni memanggil adik kepada setiap mahasiswa.

Siapa sangka ternyata Dr.Ir.Akhmad Sodiq.M.Sc.agr tidak mempunyai motto dalam hidupnya dan menurutnya hidup itu mengalir apa adanya, dan untuk rencana kedepannya yang akan ia lakukan juga tidak ada rencana yang pasti, baginya cuma satu “hidup itu mengalir apa adanya” dan cita-cita dalam hidupnyapun cuma satu, “Saya ingin apabila nanti kembali kehadapan Sang Pencipta dalam keadaan tenang dek, itu saja”, ujarnya menutup obrolan. (Fahroer/185/hus)

Mutiara Terpendam Yang “Terlupakan”

Hamparan rumput hijau nan indah hiasi sebuah tempat yang tak jauh dari kampus biologi UNSOED, itulah Experimental Farm (Ex-farm) milik kampus coklat tercinta. Di beberapa bangunan yang masih lumayan kokoh berdiri milik ex-farm, disitulah “kami” tinggal, belajar dan “bekerja” tuk sebuah pengalaman. Ya, ditempat “kumuh” itulah kami mencoba tuk mengekspresikan diri, belajar dan mandii.

Sebut saja “kami” anak Pawang (Paguyuban Mahasiswa Kandang). Kami ada karena sebuah niat, semangat ubtuk belajar dan mencari pengalaman yang dikatakan lebih di bidang peternakan. Kegiatan pokok dan wajib kami sama dengan mahasiswa fapet lainnya, yah kuliah, praktikum juga. Sisi lain, kami ada tanggung jawab total yaitu memelihara ayam broiler. Kami katakana itu tidak mudah, tidak semua orang bisa lakukan. Kami telat saat kuliash, tidak bermain saat yang lain nongkrong dan bercengkrama, tak tidur disaat yang lain telah bermimpi, atau bahkan kami tak pulang disaat orang tua kami sudah merindukan buah hatinya. Tak bermaksud kami angkuh atau menyombongkan diri, tapi rangkaian kata inilah kami mencoba untuk mengetuk hati bagi mereka yang masih bisa untuk terbuka pikirannya. Sedih rasanya ketika tak lebih dari 0,01 % dari seluruh mahasiswa kampus coklat menginjakkan kakinya di ex-farm kecuali tuntutan akademik yaitu kegiatan praktkum.

“Mari optimalkan lahan belajar kita yang terhampar luas ini”. Bergabunglah bersama kami sang mutiara terpendam yang “terlupakan” tuk belajar, “bekerja” demi sebuah pengalaman berharga.


Dikutip dari :
Catatan Harian dari seseorang yang selalu ber’DREAM’ untuk menjadi pemenang !!!ilan_awinner/C004014

Fapet di Waktu Senja

Saat senja datang, saya tidak biasanya memandangi langit dari bangunan sekre dan menatapi bangunan warna cream yang konon menjadi saksi lahirnya orang-orang besar yang kini menjadi orang yang berpengaruh baik itu di kampus maupun di luar kampus. Cahaya yang kemegaan itu mulai nampak, sudah lama menghilang, sejak setahun yang lalu saya menatapinya bersama sahabat saya yang kini telah menjadi seorang tamtama. Dahulu, di tempat yang disebut dengan kuburan batu ini, saya masih ingat betapa ramainya kegiatan berlangsung di sana, dari mulai “Allez cuisine”, “latihan pentas”, sampai “pembentukan panitia kejurda”.

Saya beranjak dari duduk termangu, melangkah kecil ke hall depan gedung tersebut, yang dulu berada etalase yang ramai dengan barang-barang siap saji dan beberapa meja serta bangku panjang yang menjadi saksi berkumpulnya para organisatoris, berkumpulnya orang-orang yang saling bertukar pemikiran ilmiah, mengerjakan tugas dan laporan, menunggu kekasihnya sepulang praktikum, hingga latihan debat. Saya memandang ke halaman depan dan nampak sekali tetanaman yang menghiasi area parkir khusus penguasa tunggal fapet ini. Konon, samar-samar seorang sepuh kampus yang getol dengan mahasiswa dan kini merupakan tahun terakhir masa baktinya sebagai “teman curhat” mahasiswa baik di bidang mahasiswa maupun masalah dana dan ijin mengijin, pernah berkata bahwa ada kenangan manis dari angkatan-angkatan lama di sana. Saya pun kembali mengenang masa lalu saat pertama kali saya menjadi menyandang status saya sebagai mahasiswa dari lengsernya status pelajar SMA dua tahun lalu. Dan saya pun menyaksikan bagaimana seremonial kegiatan demi kegiatan hasil kreatifitas mahasiswa mulai dari kegiatan pencinta alam, kegiatan penyambutan mahasiswa maupun anggota baru, kegiatan karya ilmiah, panggung band, pentas, hingga demo mahasiswa menolak yang katanya merupakan ketimpangan dari kebijakan birokrasi. Saya pun menjadi saksi bagaimana sebuah sepeda motor terpaksa berpindah tempat dari basement ke lantai tiga karena melanggar “surat sakti” yang tertampang di dinding tempat tidurnya kendaraan sang “Yang di Pertuan Agungkan”~ suatu hal yang menggelitik bagi saya.

Berada di dalam gedung, saya mulai melihat ruangan-ruangan yang gelapnya samar-samar menjadi terang karena pantulan sinar benda kecil yang dinamakan lampu yang setiap bulan Februari menerangi kampus ini. Hanya saja, sinarnya sudah mulai redup, dan beberapa saklar sudah mulai enggan berada pada tempatnya. Di halaman yang berbentuk segi empat yang hampir simetris itu, saya masih ingat, dulu tidaklah secerah sekarang, rada gelap dan sumpek. Namun sekarang tidaklah seperti dahulu, rada gersang dan burung-burung enggan berkicau di sore hari. Di sana pula, di tengah halaman, saya menjadi saksi para mahasiswa berdiskusi, para pelakon teater latihan, ada pula yang menjalankan kegiatan praktikum sebagai seorang penyuluh, dan beberapa hal penting dalam hidup saya adalah bahwa di tempat itu berkumpulah mahasiswa yang turut menyumbangkan pemikirannya untuk dasar kegiatan penyambutan mahasiswa baru. Selama dua tahun di situlah saya berkenalan dengan organisatoris-organisatoris yang peduli dengan kampus, yang kini entah dimana rimbanya, hanya segelintir yang masih berpapasan dengan saya.

Saya menghela napas, sambil mendengarkan sayup sayup adzan maghrib, lalu saya memandangi ruang-ruangan yang diam membisu. Dulu, saya kenal betul bahwa ruang seminar 2 adalah ruang andalan, kemudian disusul ruang 306-307 yang seolah-olah keramat bagi teman-teman aktifis. Ruangan-ruangan tersebut seperti berbisik pada saya bahwa ternyata ada suatu benturan yang sebenarnya tidak perlu, antara ruang laboratorium dengan yang hanya sekadar ruang-ruang kelas. Ruang-ruang kelas tersebut seperti meraung lagaknya, menangisi para organisatoris yang telah menjadi alumnus, menangis karena mereka telah kehilangan teman melampiaskan suka dukanya, teman-teman yang mewarnai kampus ini lebih dari sekadar bangunan cokelat “sapi bali” tua bertingkat tiga ini, menangisi para mahasiswa yang hanya datang untuk mencorat coret dinding dengan jawaban ujian ataupun tempat duduk dengan curhatan yang tidak perlu dan bukan mengedepankan keilmiahan. Namun apa daya, saya hanya bisa menggerutu dalam hati, “mereka lebih tahu tentang dirinya daripada saya”…

Fapet di saat senja ini memang berbeda. Apakah mungkin karena senja? Saya pun tidak tahu. Yang saya tahu, sekarang sudah hampir tiga tahun saya berada di sini. Saya menikmati kampus ini, merasa enjoy dengan para civitas akademika yang ada, dan kegiatan yang ada di sini. Tapi entah mengapa saya kadang merasa sedih, bukan lantaran gedung yang mulai direnovasi karena mulai bocor dan alasan perbaikan manajemen, tapi karena gedung ini seperti kehilangan suara-suara para maestro yang menjadi jiwanya. Apakah ini tandanya komidi akan segera berakhir? Ataukah ini merupakan akhir dari keseluruhan babak pementasan yang sedang berjalan sekarang ini? Hmm, yang hanya saya yakini, perlahan tapi pasti saya pun akan menjadi sosok bayangan yang pernah berada di sini bersama dengan teman-teman yang pernah menorehkan namanya di cabinet arsip kemahasiswaan. Setidaknya ada foto mereka di lembaran kartu puas yang masih tersimpan rapi di laboratorium.

Namun sebelum itu terjadi, saya hanya ingin berharap esok sebelum saya terakhir kali menginjakkan kakinya di sini, matahari yang sinarnya indah ini masih menyentuh sudut-sudut sempit ruangan ini, dan mendengar keriuhan teman-teman yang sedang bermain basket di sore hari, melihat anak-anak di sekre sebelah selatan maupun utara berkumpul bersama di areal lapangan belakang beralaskan karpet membicarakan masa depan kampus, anak-anak seni berlatih bersama, dan masih banyak lagi. Sungguh, bila hal itu terjadi, saya akan lebih gembira dan lebih merasa senang daripada bersenang-senang karena lulus dengan ipk cumlaude namun ilmu yang dipunyai hanyalah layaknya pohon tidak berbuah, dan kehidupannya hanyalah bagaikan tumbuhan yang tumbuh soliter di gurun sahara. Hingga pada hari itu, akan saya ukir pada prasasti hidup saya, “keluarga mahasiswa yang tahan banting itu akan abadi selamanya…. Fapet UNSOED tidak akan pernah redup, meski harus mengerucut menjadi satu……. atau hanya dalam sejarah…..”

Perjalanan merenung ini saya akhiri di depan bangunan baru di depan kantin yang katanya sebagai bentuk “embrio” badan usaha yang mandiri bagi fakultas. Ternyata, harapan itu masih ada! Melihat bangunan sekre yang telah lama sekali berada di sana, dengan renovasi atap dan beberapa bagian dari sumbangsih para alumni yang masih peduli terhadap keberlangsungan organisasinya. Saya hanya tersenyum puas dan berharap, “andaikan angkatan muda mengerti bagaimana angkatan tua berjerih payah membangun dan menghidupkan kampus….. pasti mereka akan menjadi orang yang lebih hebat lagi daripada Soe Hoek Gie yang mereka kagumi sekarang ini…..”

Ganbarimasu! Otsukaresama-deshita!

Opini oleh: Yustiana Perwira
Anggota DLM Unsoed

Makna Sebuah Dinamisasi

Sebuah dinamisasi terjadi karena adanya interaksi antara semua pihak yang berada di dalamnya. Dinamisasi berasal dari kata dinamis yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga berarti penuh semangat dan tenaga sehingga cepat bergerak dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan.

Kata dinamisasi maupun dinamika sering terlontar dan terucap dari para mahasiswa yang menginginkan adanya iklim tersebut dalam kampus ini. Saya menulis karena memang bodoh dan memang belum mengerti bagaimana sebenarnya iklim dinamisasi kampus yang memang para mahasiswa atau biasa seorang aktivis teriak-teriakkan dalam sebuah forum.

Mereka mungkin lebih mengerti kehidupan kampus yang telah dinamis itu seperti apa. Apakah kehidupan dinamisasi kampus yang mereka inginkan adalah sebuah kampus yang di dalamnya banyak mahasiswa-mahasiswa yang kritis yang mana setiap menyikapi suatu persoalan selalu di cari sebuah solusi atau jalan keluar untuk memecahkan persoalan itu.

Ataukah mungkin ada sebuah definisi lain yang dapat mengartikan atau menggambarkan bagaimanakah sebuah kata dinamisasi itu akan terjadi di kampus ini.
Seolah ingin mengetahui mengenai kehidupan kampus yang dinamis, penulis yang bodoh ini pun ingin terus mencari makna yang tersirat dari kata tersebut.

Lupakan sejenak akan kata maupun makna dinamisasi, sebuah hajatan besar yang akan berlangsung di kampusku tercinta. Pesta demokrasi yang melibatkan semua lapisan mahasiswa tinggal menghitung hari. Nuansa yang bergelora dalam diri saya benar-benar terhentak ketika melihat adanya sebuah tulisan yang isinya mengangap sebuah lembaga kemahasiswaan kampus ini telah mati dan tulisan itu diatas namakan oleh KM FAPET UNSOED atau kepanjangan dari Keluarga Mahasiswa Fakultas Peternakan UNiversitas Jenderal Soedirman.

Sebuah tulisan yang membuat bulu kuduk ini berdiri, kata-kata yang memang menurut benak hati saya seolah menusuk sampai menembus jantung.
Lembaga yang menurut penerawangan saya merupakan lembaga yang dapat menyampaikan aspirasi para mahasiswa dimana di dalamnya terdapat manusia-manusia yang memperoleh kehormatan duduk di kursi yang memang tidak semua mahasiswa dapat mendudukinya. Pikiran saya pun mengajak saya untuk berpikir lebih jauh mengenai tulisan itu. Kalau melihat dari kepanjangan KM Fapet adalah Keluarga Mahasiswa Fapet, maka apakah memang keseluruhan mahasiswa di kampus ini beranggapan Lembaga itu telah mati atau sekali lagi ada definisi lain dari KM FAPET.

Saya mengerti bahwa tulisan itu hanya sebuah sindiran karena mungkin orang atau pihak yang membuat dan menginformasikan tulisan itu tidak pernah merasakan adanya kinerja dari sebuah lembaga yang tidak pernah terlihat kinerja.
Tidak berhenti sampai disitu saja, pesta demokrasi di kampus ini pun terus berlanjut dengan akan dilaksanakannya pemilihan Dekan dalam waktu yang mungkin tidak lama lagi. Tampuk kekuasaan tertinggi di Fakultas Peternakan akan diperebutkan oleh orang-orang yang memang telah ahli seperti para dosen yang memberikan ilmu-ilmu di bidangnya kepada saya dan juga mahasiswa yang lainnya.

Terlepas dari siapa nanti yang mendapatkan sebuah kursi yang benar-benar mempunyai nilai penting bagi individu yang mendudukinya, baik pada kursi di Lembaga Kemahasiswaan maupun kursi Dekan Fakultas Peternakan.

Inikah sebuah arti dari kata dinamisasi yang dinginkan oleh para mahasiswa, atau masih banyak lagi yang dapat mengartkan kata itu.

Sekali lagi saya hanya orang bodoh yang masih mencari dan akan terus mencari makna yang terkandung dari sebuah kata dinamisasi. Sebuah kata yang bagi saya benar-benar mengandung banyak makna di dalamnya. Tulisan ini hanya sebuah ungkapan perasaan yang memang belum mengerti dan ingin mengerti dari kata dinamisasi serta ingin merasakan arti dari dinamisasi.


Creative by: Arif Wicaksono (d1d004026)

Sebagai Kebutuhan Hidup, Dosen dan Karyawan Fapet Dibekali Ilmu Agama

Fapet Unsoed - Husbandry. Dalam kehidupan sehari-hari sedianya seseorang harus dibekali dengan ilmu agama sebagai modal di dalam kehidupan di dunia serta untuk bekal di akhirat nanti, Al-Qur’an yang merupakan kitab suci umat Islam merupakan rujukan dari setiap aspek bukan hanya masalah agama, tetapi kehidupan sehari-haripun semuanya sudah termaktub di dalam Al-Qur’an. Maka dari itu alangkah baiknya jika seorang muslim dapat membaca, memahami, dan mengamalkan Al-Qur’an. Itulah mungkin alasan yang mendasari Ustadz Misbah dalam memberikan ilmu yang dilaksanakan oleh pengajian Fakultas Peternakan setiap hari Selasa dan Rabu siang di Ruang Rapat II Fakultas Peternakan. Selain Ustadz Misbah, Ustadz Ir. Muhammad Nuskhi, M.Si juga turut.memberikan materi.

“Saya memberikan materi tafsir Al-Qur’an yang bertujuan agar para dosen dan karyawan mendapat santapan rohani di luar kegiatan wajib akademisnya”, ujar Ustadz Misbah ketika dihubungi via telepon oleh Husbandry. Lebih lanjut menurutnya, Al-Qur’an merupakan sumber ilmu yang begitu luas yang mencakup segala hal yang memang sangat dibutuhkan bagi seorang muslim.

Awal mula terbentuknya pengajian dimulai pada tahun 1994 atas izin Dekan pada waktu itu. Gayungpun bersambut, respon dari civitas akademika Fakultas Peternakan sangat luar biasa yang ditandai dengan banyaknya peserta yang hadir sekitar 150 orang. Namun seiring berjalannya waktu, pengajian itu mengalami kemunduran dalam jumlah peserta yang mengikuti “Kalau sekarang yang mengikuti hanya sekitar 40 orang, namun itu bukan merupakan sebuah masalah, karena pengajian ini sifatnya fleksibel dan diikuti hanya apabila ada waktu luang saja”, tutur Ustadz yang pernah menimba ilmu di Madinah ini.

Manfaat pengajian ini sendiri sangat dirasakan oleh peserta. Ir. Elly Tugiyanti, MP menuturkan alasannya mengikuti pengajian karena merasa senang dan tertarik terhadap kajian-kajian agama serta mencoba untuk menyesuaikan dengan kehidupan nyata. Walaupun kini Bu Elly sapaan akrabnya mengakui sudah kurang begitu aktif mengikuti pengajian ini, namun manfaatnya sendiri sangat dirasakannya ”Agama kan merupakan suatu kebutuhan hidup, dengan mengikuti pengajian ini saya bisa lebih memahami tentang agama yang saya terapkan dalam kehidupan sehari-hari”, ujar dosen yang ramah ini. (Fahrur_185/Hus)

SUSAHNYA MENSIASATI JATAH BULANAN

Fapet Unsoed-Husbandry, Buka lobang tutup lobang (pinjam uang-red)? Kalimat ini mungkin sering kita dengar bagi kita selaku anak kost.

Fenomena sering terjadi pada mahasiwa dan teryata sering dilakukan oleh AO (bukan nama sebenarnya) salah satu mahasiwa alih jenjang angkatan 2007 menuturkan kalau masalah utang, adalah hal yang wajar bagi mahasiswa dan hal. yang biasa juga dengan anak kost yang memang banyak keprluan yang harus dipenuhi.

Saat ditemuai Husbandry saat sedang ngobrol dengan teman-temannya di kantin kampus, cowo yang juga kekasih dari ketua angkatan mahasiswa 2004 ini juga mengaku kurang bisa mengatur jatah uang bulanan yang dikirim oarang tuanya. “Apalagi cowok yang bisa di bilang boros. Saya memang pernah utang dan malah sering, tetapi utangnya juga ga banyak-banyak kok, paling besar juga seratus ribu tok, itu juga sama temen sendiri”, tambahnya Saar ditanyai alasan kenapa berani utang alias pinjam uang, cowo asal banjarnegara ini menjabawab bahwa ia mengutang karena jatah dari ortu kadang sering kurang," ya... harus bagai mana lagi, solisinya ya utang sama temen. Mengenai mengembalikaanya bisanya semingu tergantung kita janji sama yang ngutanin.

Berbeda dengan Ari Widianto mahasiswa asal walik, kuto sari, purbalingga ini saat ditanya tentang ngutang menjelaskan “ alhamdulilah saya ga pernah utang ... saya takut tidak bisa mengembalikannya sebisa mungkin di cukup-cukupin, dan jika ada sisa ya ditabung. Kan jatah uang tiap bulan dari orang tua hanya buat makan dan keperluan kuliah aja . Tinggal pinter pinternya kita aja buat apa jatah uang bulannanya ”, jelasnya serambi terseyum manis.
Nono bukan nama sebenarnya yang juga salah satu karyawan Fapet saat di tanyai tanggepan tentang utang memberi pendapat bahwa ngutang merupakan hal yang lumrah, apalagi untuk orang seperti saya yang bisa mengandalkan gaji. “aku dapet gaji juga ga semuanya di pakai sendiri, sudah ada pembagianya sendiri sendiri, kan saya mempunyai adik paling ga bantu meringanin beban ortu”. (Nafi_190/hus)

Selasa, 25 Maret 2008

ARIF WICAKSONO SERIUS, CINTA DAN SENYUM

Fapet-Husbandry. “Santai tapi serius” itulah cara yang selalu diterapkan Arif Wicaksono, dalam memimpin Husbandry. Sudah hampir satu semester Husbandry berada dibawah naungannya, dan selama itu pula banyak halangan yang selalu dihadapinya “Biasanya yang paling sering dan hampir melanda setiap organisasi adalah kejenuhan para anggota, maka dari itu saya selalu menciptakan rasa nyantai dalam Husbandry tetapi tetap fokus dalam pekerjaan” Ujarnya disela-sela aktifitasnya. Lebih lanjut Pria ber-KTP Bekasi ini menjelaskan agar program Husbandry dapat terlaksana dengan baik selain menciptakan suasana santai ia menganggap seluruh anggota Husbandry adalah kawan baik tanpa memandang adanya jabatan dalam tubuh Husbandry. Anggapan anggota Hubandry merupakan kawan baik menurutnya agar lebih enak dalam mengkoordinir tugas-tugas. “Saya harus bisa memposisikan diri, kapan saatnya saya sebagai ketua, dan kapan saatnya saya sebagai kawan dari semua anggota Hubandry”.Lanjutnya menambahkan.

Awal mula ditunjuk sebagai ketua umum Husbandry, ia mengakui ada sedikit rasa kekhawatiran kalau tidak sanggup melaksanakan tugas dengan baik. Namun seiring berjalannya waktu, dengan penuh ketekadan dan niat yang tinggi untuk belajar berorganisasi khususnya sebagai pemimpin, bungsu dari dua bersaudara ini membuang jauh-jauh kekhawatiran akan ketidakmampuan itu. “Saya menganggap ini merupakan kepercayaan teman-teman Husbandry kepada saya, dan saya tidak akan mengecewakan mereka” Ujarnya mantap. Cowok hitam manis inipun menambahkan bahwa dengan ditunjukknya sebagai pemimpin umum Husbandry merupakan kesempatan baik untuk belajar menjadi seorang pemimpin yang ia yakini dapat bermanfaat untuk masa depan dalam meraih kesuksesan.

Cowok kelahiran Sokaraja Banyumas inipun bercerita selama menjadi Mahasiswa Fakultas Peternakan belum banyak organisasi yang pernah ia ikuti, dan ia mengakui masih minim tentang bagaimana cara menjadi pemimpin yang baik. Namun bukan berarti minimnya organisasi, ia tidak punya arahan yang jelas serta tujuan dalam hidup. “Tujuan hidup saya untuk saat ini adalah menjadi seorang pemimpin yang bukan hanya memimpin, melainkan pemimpin sebagai mitra dan kawan yang baik bagi anggota Husbandry” Jelontrehnya sambil mengepulkan asap rokok. Harapan kedepannya untuk Husbandry ia menginginkan agar Husbandry mampu menjalankan roda organisasi dengan baik serta dapat memberikan kontribusi berupa produk Husbandry untuk Mahasiswa Fakultas Peternakan. Untuk mencapai harapan tersebut ia menggunakan motto hidupnya, yakni serius tapi santai, hiasi hidup dengan cinta, dan berusahalan tersenyum dengan semua orang. “Dalam keseharian khususnya dalam Husbandry saya selalu ber-SCS atau Serius,Cinta dan Senyum. Harapan saya dengan begitu para anggota Husbandry akan merasa nyaman dan lebih merasa memiliki Husbandry, dengan begitu mereka akan bisa bekerja dengan baik dan tanpa adanya suatu paksaan”. Tutupnya dengan penuh harap. {Fahrur/185/HUS)

NIKAH SAMBIL KULIAH? SIAPA TAKUT......

Tak jarang kita melihat mahasiswa yang kuliah tapi ternyata sudah berumah tangga alias udah nikah. Telah banyak mahasiswa-mahasiswi Unsoed yang menjalani kuliah juga ternyata telah berumah tangga. Begitu pula yang terjadi di Fapet Unsoed, tak sedikit mahasiwa dan mahasiswi yang telah menikah saat kuliah Apa sih yang menyebabkan mereka berani menjalani kehidupan rumah tangga di usia muda di sambi dengan kuliah?

Fapet Unsoed-Husbandry. Nikah sambil kuliah? Kalimat itu mungkin sudah tidak asing bagi kita selaku mahasiswa-mahasiswa. Sudah banyak mahasiswa-mahasiswi yang berani nikah tapi juga masih harus menyelesaikan studinya. Fenomena ini terjadi pula di kampus Coklat Fapet Unsoed. Seperti yang telah dijalani oleh Nana, seorang mahasiswi SKS 2003 ini menuturkan “ Awalnya terasa berat banget bagi aku nikah sambil kuliah itu, soalnya anakku masih kecil, masih butuh banget perhatian sementara tugas-tugas kuliah banyak banget. Mau ‘ga mau mesti rela ‘ga kuliah demi anak”. Memang akan terasa berat ketika sudah mempunyai anak, karena mahasiswa dituntut untuk bisa lebih membagi waktu antara kuliah dengan mengurus anak. “ Kalo sekarang sih udah biasa, aku udah lebih bisa membagi waktu antara kuliah dengan mengurus anakku,” ungkap perempuan cantik yang telah dikaruniai seorang anak laki-laki ini.
Berbeda dengan Intan, seorang mahasiswi SKS 2004 yang baru menikah akhir Desember lalu menuturkan “ Karena aku baru nikah, aku sih tetep ngelanjutin kuliah ampe selesai, kan kewajiban ke ortu belum lunas, jadi ya kudu lulus dan dapet gelar toh besok juga buat modal kerja”. Perempuan berperawakan kurus dan langsing ini menambahkan bahwa dirinya tetap nge-kos karena kebetulan suaminya kerja di Jakarta.

Kebutuhan materiil tentu akan selalu menuntut orang yang telah berumah tangga. Bagaimanakah mereka memperoleh penghasilan sementara mereka masih statusnya mahasiswa yang notabenenya belum mempunyai pekerjaan? Menanggapi hal tersebut, Nana menjelaskan tidak kesulitan mengenai darimana penghasilan yang didapatkannya, “ Kalo aku dapet penghasilan dari suami yang udah bisa nyari sambilan kerja, selain itu juga masih dibantu sama keluargaku dan keluarga suami. Tinggal pinter-pinternya kita aja nyari sambilan kerja “ tutur perempuan berjilbab ini santai. Lain halnya yang diungkapkan oleh Intan “ Karena suamiku udah kerja tetep di Jakarta, otomatis kebutuhan aku udah ditanggung sepenuhnya oleh dia. Itulah enaknya kalau kita nikah sama orang yang udah punya kerjaan tetep “.

Nikah sambil kuliah tentunya menimbulkan opini masyarakat baik yang pro maaupun kontra. Menanggapi hal tersebut, Nana mengungkapkan “ Nikah sambil kuliah menurutku baik selama orang itu mampu membagi waktu antara kuliah dan mengurus keluarga. Dan selama orang itu siap lahir dan batin, ‘ga masalah, tapi kalo ‘ga siap mending ‘ga usah”. Sama halnya dengan Intan, perempuan asli Sumpiuh ini menuturkan bahwa nikah sambil kuliah tidak masalah selama kedua belah pihak memang tahu dan mampu menjalani konsekuensi berumah tangga dan mengerti tugas dan kewajiban masing-masing serta bisa membagi waktu dan selalu pegang komitmen. (Fiqi_193/Hus)

SADAR AKAN PERAN DAN FUNGSI MAHASISWA

Disadari atau tidak, pendidikan formal yang ada sekarang telah berlumuran dengan penyimpangan dan pembelotan dari tujuan semula pembebasan dan kemanusiaan. Pembelotan ini salah satunya adalah berubahnya wilayah pendidikan menjadi wilayah keterkungkungan. Tujuan awal pendidikan merupakan proses penciptaan kesadaran supaya kita semua bisa keluar dari keterkungkungan, entah itu keterkungkungan yang hadir karena lingkungan kita ataupun keterkungkungan yang hadir karena zaman. Namun sekali lagi, semuanya telah membelot, bahkan menciptakan keterkungkungan itu sendiri. Oleh karena itu diperlukan adanya analisis kritis terhadap paradigma pendidikan terutama analisis dalam penyelenggaraan proses pendidikan.

Pendidikan telah, sedang dan akan dihadapkan di tengah-tengah zaman globalisasi yang diperkuat dengan sistem kapitalisme. Yakni sebuah sistem yang menghendaki hilangnya rasa kemanusiaan pada manusia dan diterapkannya pertarungan bebas antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Dan kini pendidikan telah memihak pada sistem tersebut. Betapa nistanya ketika pendidikan hanya sebagai metode untuk membunuh dan menindas seperti ini. Melenyapkan dominasi hegemoni atas globalisasi kapitalis itulah tugas pendidikan yang harus dilakukan.

Dari sistem pendidikan yang tepat dan benar serta tidak disertai dengan pembelotan-pembelotan maka pemikiran kritis, demokratis, dan konstruktif akan lahir dari pola pikir para mahasiswa yang berujung pada kepekaan sosial terhadap lingkungan sekitar. Suara-suara mahasiswa kerap kali merepresentasikan dan mengangkat realita sosial yang terjadi di masyarakat. Sikap idealisme mendorong mahasiswa untuk memperjuangkan sebuah aspirasi kerakyatan pada penguasa, dengan cara mereka sendiri tentunya. Idealnya bagi mahasiswa, setiap peristiwa dapat menjadi isu penting, karena mahasiswa memiliki sikap yang khas dalam memandang setiap persoalan di sekitarnya. Sikap kritis yang dimiliki mahasiswa seringkali memiliki paralelisme dengan kondisi yang terjadi di tengah masyarakat, akan tetapi kondisi tersebut tidak terlihat lagi pada masa kini, mahasiswa memiliki agenda dan garis perjuangan yang berbeda dengan mahasiswa lainnya. Sekarang ini mahasiswa menghadapi pluralitas gerakan yang sangat besar.

Meski begitu, setidaknya mahasiswa masih memiliki idealisme untuk memperjuangkan nasib rakyat di daerahnya masing-masing. Mahasiswa sudah telanjur dikenal masyarakat sebagai agent of change, agent of modernization, atau agen-agen yang lain. Hal ini memberikan konsekuensi logis kepada mahasiswa untuk bertindak dan berbuat sesuai dengan gelar yang disandangnya. Mahasiswa harus tetap memiliki sikap kritis, dengan mencoba menelusuri permasalahan sampai ke akar-akarnya.

Dengan adanya sikap kritis dalam diri mahasiswa diharapkan akan timbul sikap korektif terhadap kondisi yang sedang berjalan. Pemikiran prospektif ke arah masa depan harus hinggap dalam pola pikir setiap mahasiswa. Sebaliknya, pemikiran konservatif pro-status quo harus dihindari. Mahasiswa harus menyadari, ada banyak hal di sekitarnya yang harus diluruskan dan diperbaiki. Kepedulian terhadap lingkungan sekitar dan komitmen terhadap perbaikan di masa depan harus diinterpretasikan oleh mahasiswa ke dalam hal-hal yang positif. Tidak bisa dipungkiri, mahasiswa sebagai social control terkadang juga kurang mengontrol dirinya sendiri. Sehingga mahasiswa harus menghindari tindakan dan sikap yang dapat merusak status yang disandangnya, termasuk sikap hedonis-materialis yang banyak menghinggapi mahasiswa masa kini. Oleh karena itu marilah kita sadar akan peran dan fungsi kita sebagai mahasiswa sesungguhnya demi terciptanya keseimbangan kehidupan yang lebih baik bagi semua elemen kehidupan..

by : Andi Purwandani
Koordinator DLM Fapet Unsoed

Perubahan D3 menuju kualitas terbaik (part 1)

Fapet Unsoed – husbandry. Dari sisi merosotnya jumlah siswa yang tertampung di D3 PTUP tiap tahun menurun terlihat akan adanya perubahan jenis nama dan kurikulum yang baru. Teknik dan bisnis peternakan, nama baru yang akan digunakan pada 2011. Pergantian nama bertujuan untuk lebih meningkatkan pada jenis lulusan berkualitas dan menguasai segala jenis teknik maupun bisnis peternakan tersebut.

“Kurikulum yang baru akan lebih membuat mahasiswa maupun lulusan D3 lebih mumpuni dan ampuh,“ papar Ir. Dzoeharso BPW, Kaprodi D3 saat ditemui di kantornya, Sabtu (22/03).
D3 PTUP Fakultas Peternakn UNSOED merupakan satu-satunya jenjang pendidikan D3 peternakan di Indonesia yang masih ada. Dengan dasar itulah sekolah ini tetap dipertahankan. “D3 tetap akan dipertahankan sampai ijin operasional masih berlaku sampai 2011. Setelah itu baru akan ada peninjauan jenis kurikulum maupun nama jurusan baru yang lebih berkualitas,” paparnya. Sesuai dengan ijin operasionsal pada tahun 1982 yang diterbitkan oleh DIKTI dangan No.048 /DJ /kept /1982 disebutkan bahwa untuk melakukan kegitan pendidikan dengan nama PTUP (Produksi Ternak Unggas dan Perah).

Disinggung tentang akan adanya pembubaran D3, lebih lanjut Ir. Dzoeharso BPW menyatakan jika masalah tersebut masih dalam kajian dari Pihak Pimpinan Fakultas peternakan. Pembubaran tidak akan terjadi, namun hanya akan ada perubahan nama.

Akan terjadi pembubaran bila setiap tahun jumlah mahasiswa turun Jika ini terjadi maka selanjutnya akan kajian dari pihak Dikti, apakah ada pembubaran atau tidak “ tambahnya. Aktivitas perkuliahan di D3 akan berlangsung seperti biasa. Hal yang terpenting adalah adanya ijin operasional dan tidak ada pemberitahuan untuk berhenti operasi dari Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti).

Pengembangan diperlukan untuk memenuhi pencapaian dan perkembangan tentang tenaga kerja di luar dunia pendidikan yang memenuhi kualiatas standar. Apapun jenis kurikulum pastilah mengacu pada ketentuan yang berlaku maupun standar kerja nasional,. “Semua jenis kurikulum pastilah akan mengacu pada dunia luar dan keinginan pasar,“ ucap Dahlia (bukan nama sebenarnya). Mahasisawa D3 ini lebih mengutamakan adanya pembenahan menuju kearah yang baik dan menunjang dari segi mahasiswa. (Steven_194/Hus)

Ketika Pakan Berbaur Dengan Jamur

Ngomongin mengenai jamur pada pakan unggas, kita diingatkan pada aspergilosis penyakit pernafasan yang disebabkan oleh jamur dan tersifat oleh adanya gangguan pernafasan yang berat. ternyata persoalan menjadi lebih ruwet dibanding esensi dan subtansi.

Menurut pakar kesehatan unggas Prof Drh Charles Rangga Tabu MSc Ph D Dekan Fakultas Kedokteran Hewan UGM Yogyakarta bahwa pada unggas termasuk ayam istilah aspergilois menunjukan adanya infeksi Aspergillus sp pada saluran pernafasan yang disebut mikosis. Disamping itu beberapa jenis jamur dapat juga tumbuh pada pakan lainnya yang dapat menghasilkan toksin yakni mikotoksin

Mikotoksin merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan oleh spesies kapang tertentu selam pertumbuhannya pada bahan pangan maupun pakan. Sampai saat ini telah dikenal 300 jenis mikotoksin, lima diantaranya sangat berpotensi menyebabkan penyakit baik pada manusia maupun hewan, yaitu aflatoksin, okratoksin A, zearalenon, trikotesena, dan fumonisin (fox dan Cameron, 1989).

Selain itu, tolsisitas ini juga ditentukan oleh : (1) dosis atau jumlah mikotoksin yang dikonsumsi; (2) rute pemaparan dan lamya pemaparan; (3) spesies; (4) Umur; (5) jenis kelamin;(6) status fisiologis, kesehatan dan gzi. Lalu mengapa harus diwaspadai?
Secara klinis, masa inkubasi aspergilosis berkisar 4-10 hari dan proses penyakit dapat berlangsung sekitar dua sampai beberapa minggu, dengan dua bentuk serangan, yakni akut dan kronis. Kedua bentuk serangan ini yang membedakan adalah tingkat kematian, dimana pada serangan akut tingkat kematian bisa mencapai 50% sedangkan pada serangan kronis kematian ayam berkisar di bawah 5%.

Meskipun demikian serangan jamur ini juga harus diwaspadai, karena ayam yang terserang memperlihatkan pertumbuhan yang tdak seragam, sehingga pada ayam pedaging berat akhir sudah jelas tidak akan tercapai. Serangan jamur aspergilus sp berawal dari organ pernafasan, sehingga ayam terserang akan suluit bernafas atau dyspnoea

Kemudian gejala lain yang dapat diamati adalah ayam terpapar mikotoksin bernafas dengan mulut dengan leher yang dijulurkan keatas, meningkatnya frekwensi pernafasan, anoreksia, mengantuk dan pada kondisi tertrentu terlihat adanya paralisa (kelumpuhan)
Ayam yang terpapar mikotoksin juga dsapat mempertunjukan gejala seperti easiasi, sianosis(kebiruan pada kulit di daerah kepala dan jengger) dan dapat berlanjut dengan kematian. Lalu apa yang harus dilakukan ?

Mulakanlah sesuatu dengan prilaku hidup disiplin, artinya disiplin untuk semua baik yang berhubungan dengan manajemen kandang, ayamnya maupun untuk anak kandang yang intensitasnya lebih tinggi di dalam dan diluar lingkungan kandang
Menurut Drh Iwan Sahrial Msi mengingatkan bahwa sebagai organisme hidup, jamur peka dengan preparat sulfur- mengapa? Menurut Iwan sulfur dapat merusak sintesa membrane sel jamur, dimana sel jamur dengan cairan luar sel tidak seimbang, kemudian cairan ekstraseluler masuk ke intraseluler jamur, terjadi iritasi, hal ini menyebabkan tidak terjadinya pertumbuhan jamur-jamur baru pada inangnya

Berdasarkan ini, Nah, untuk alternatif pencegahan bisa mengggunakan selfur baik yang telah dimixsing dengan bahan pakan atau selfur yang introdukdikan ke dalam air minum. Disamping itu juga perlu menjaga kelembaban optimal baik terutama dalam lingkungan kandang dan tempatkan pakan pada tempat yang kering, hal ini terkait bahwa sumber pertumbuhan jamur bisa pada alas kandang dan pakan dengan kelembaban yang tinggi.(sumber, majalah Infovet edisi Maret 2008)

I-Mhere?Bagaimana Kabarmu

I-Mhere (Indonesian Managing High Education for Relevans and Eficiency) masih berlanjut. Program bantuan dana pendidikan senilai kurang lebih 9 milyar dari pemerintah melalui Dikti (SK Dirjen Dikti No 163/Dikti/Kep/2007) dan bank dunia untuk Fakultas Peternakan UNSOED (fakultas lain yang mendapatkan yaitu Fakultas Biologi_red) yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi dan relevansi perguruan tinggi ini masih terus berjalan. Demikian yang diungkapkan oleh Ir.Muhamad Bata,MS selaku koordinator kegiatan dalam program ini, ditemui Kamis (20/03) kemarin.

Sesuai program yang telah dibuat, pada tahun pertama, Fakultas Peternakan UNSOED telah membiayai pendidikan lanjutan (S3) bagi 10 dosen Fakultas Peternakan. Hal tersebut dibenarkan oleh Ir.Tri Rahardjo kesepuluh dosen tersebut yaitu : Ir.Mochamad Socheh,MS ; Ir.Emmy Susanti,MP ; Ir.Agustinah Setyaningrum,MP ; Ir.Siswadi,MP ; Ir.Bahrun,MP ; Ir.Efka Aris Rimbawanto,MP ; Ir.Bambang Haryanto,MP ; Ir.Prayitno,MP yang melanjutkan di Universitas Gadjahmada, Ir.Munasik,MS Universitas Diponegoro dan Ir.Agustinus,HDR di Universitas Padjajaran. Menurut Pak Bata, begitu Ir.Muhamad Bata,MS biasa disapa, untuk peogram berikutnya yang akan segera dilakukan yaitu tehnikal asisten untuk kurikukum dan riset, publikasi dan staf skill. Dimana rencananya Fakultas Peternakan akan membuat kurikulum baru yang mengacu pada efisiensi dalam pendidikan dan relevan dengan kebutuhan pasar.

Selain itu dana I-Mhere juga akan dialokasikan untuk membiayai penelitian-penelitian mahasiswa dan dosen yang dianggap layak dibiayai. "Ya....a nantinya dana ini juga akan dipakai untuk membiayai penelitian mahasiswa maupun dosen asalkan penelitian itu memang layak atau memenuhui persyaratan", ungkapnya menjelaskan. Lebih lanjut dia menceritakan bahwa untuk mendapatkan bantuan, calon peneliti harus mengusulkan proposal, proposal inilah yang akan dinilai kelayakannya.Ketika ditanya mengenai masalah peralatan, Ir.Bata menjelaskan bahwa dana I-Mhere tidak dialokasikan untuk pembelian peralatan. "Untuk pembelian peralatan kayaknya enggak, lagipula prosedurnya juga tidak sembarangan, jadi untuk kesitu tidak", paparnya.Hal tersebut berbeda dengan yang diungkapkan oleh Ir.Tri Rahardjo yang menyatakan bahwa dana I-Mhere juga digunakan untuk melengkapi alat-alat penunjang proses belajar mengajar.Kabar baik bagi mahasiswa diungkapkan oleh kedua dosen tersebut, yaitu bahwa dana I-Mhere juga akan dialokasikan untuk beasiswa mahasiswa. Seperti yang diungkapkan oleh Ir.Muhamad Bata,MS"Nantinya dana ini juga akan digunakan utuk beasiswa bagi mahasiswa terutama bagi mereka yang kurang mampu yang akan diberikan selama dia kuliah disini", paparnya.(Dot_188/Hus)

WALAU KONDISI SAKIT, SEMANGAT TETAP MEMBARA


Tetap semangat, mungkin itulah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan sosok pak Dwi, sapaan akrab dari Drh. Dwi Prabowo. Salah satu dosen tetap Fakultas Peternakan Unsoed ini yang tetap berangkat kekampus meski dalam keadaan sakit

Drh.Dwi Prabowo, ditemui dikediamannya Jumat (21/03) kemarin memang terlihat belum sehat benar. Penyakit stroke (kelumpuhan_red) menyebabkan separuh bagian tubuhnya tidak dapat bergerak secara normal. Meski begitu tidak terlihat aura keputusasaan dimatanya. Ditemani istrinya Pujimiyatun (60 tahun), Drh. Dwi Prabowo menceritakan perihal sakit yang dialami serta semangatnya dalam menjalani hidup.

“Memang saya ini lagi sakit ya…….., tapi saya tetep semangat. Sebenarnya saya sudah ingin mengajar lagi, tapi teman-teman dosen menyarankan agar saya istirahat dulu saja”, Paparnya memulai cerita. Anjuran teman-teman dosennya itu tidak sepenuhnya dijalankan oleh bapak dari tiga anak ini. Walaupun tubuhnya sulit digerakkan namun dia bersikeras berangkat ke kampus. Menurutnya, selain karena ingin memenuhi kewajiban sebagai dosen, dengan berangkat ke kampus dia bisa bertemu dengan teman-teman sesama dosen sekaligus sebagai terapi untuk mempercapat kesembuhannya.

Disamping itu, desas-desus mengenai adanya dosen yang cemburu dengan keadaannya sekarang membuat dokter hewan yang juga membuka praktek dirumahnya ini semakin tidak betah dirumah. “Gini mas…., saya denger ada dosen yang kurang senang. Gara-gara saya ngga pernah masuk karena sakit tapi tetap dapet gajih. Jadi saya tatep masuk setidaknya sekedar tanda tangan”, ungkapnya kepada team Husbandry.

Ditanya perihal sakit yang dialami, istri Drh.Dwi Prabowo yang sedari tadi menemani dengan setia menyumbang suara. Menurutnya sakit yang dialami suaminya dipicu oleh tekanan batin yang bertumpuk serta kelelahan yang berlebihan, disamping penyakit darah tinggi yang diderita suaminya. “Anu mas…,sebenarnya bapak punya penyakit darah tinggi, cuma tidak terlalu bermasalah. Wong pernah kok tensinya nyampe 200 aja ngga papa. Lha ini kemaren pas kena stroke itu cuma 180”.

Mengenai tekanan batin yang diduga menjadi pemicu sakit yang dialami, Drh Dwi Prabowo menceritakan beberapa hal yang selalu menjadi beban pemikiran menjelang sakitnya. Diantarannya mengenai masalah proposal penelitian Flu Burung yang ditolak gara-gara ada dosen lain yang membuatnya sama persis, masalah isu affair(hubungan gelap_red)-nya dengan seorang dosen gara-gara sebuah foto yang tidak benar sampai masalah tugas terstruktur mahasiswa yang mengecewakan.

Terlepas dari masalah diatas, sosok Drh.Dwi Prabowo merupakan seorang dosen yang penuh semangat dimata mahasiswa. Seperti diungkapkan oleh Bayu Nur Widyantoro Saputro, mahasiswa Fakultas Peternakan angkatan 2003, menurutnya Drh.Dwi Prabowo adalah seorang dosen yang selalu memberikan motivasi saat mengajar. Selain itu, dia juga seorang dosen yang familiar dan sangat akrab dengan mahasiswa. Bayupun mengacungkan jempol atas semangat pak Dwi yang walaupun sakit, tetapi tetap mencoba menjalankan kewajibannya sebagai seorang dosen. Hal itulah yang menurutnya patut diteladani oleh mahasiswa dan dosen lain.
“Saya sangat senang mas dengan cara mengajar pak Dwi. Cara mengajarnya yang santai disertai cerita-cerita yang memotivasi mahasiswa. Sehingga mahasiswa tidak merasa terbebani saat kuliah”, tutur mahasiswa ber-KTP Temanggung ini ditemui di Kantin Fapet sembari mengepulkan asap rokok dari mulutnya.

Seiman dengan pendapat Bayu, pernyatan senada juga digulirkan oleh Si Mbah(bukan nama sebenarnya). Mahasiswa yang mulai menimba ilmu di Fakultas Peternakan pada tahun 2003 ini mengaku mengenal Drh.Dwi Prabowo saat mengambil mata kuliah Ilmu Kesehatan Ternak. Sosok Drh.Dwi Prabowo dimatanya selain penuh semangat dia juga merupakan dosen yang bisa memposisikan diri atau professional pada pekerjaanya. “Bagus mas, jarang-jarang ada dosen yang begitu bertanggungjawab pada pekerjaanya”, puji mahasiswa yang juga aktif di UKM UPM ini menuturkan.

Baik Bayu maupun Si Mbah mempunyai harapan yang sama agar Drh.Dwi Prabowo bisa segera sembuh dan melakukan aktifitas seperti seperti sedia kala.(fahrur 185/dot 188_Hus)

Tajuk

Perubahan kurikulum baru untuk Fapet Unsoed kembali digulirkan dan berlaku untuk angkatan 2008. Mengapa perubahan kurikulum terjadi? Apa yang mendasari suatu kurikulum perlu direvisi sehingga mengalami perubahan? Pada dasarnya kurikulum memang perlu direvisi terus menerus untuk mendapatkan sebuah kurikulum yang relevan. Namun apakah revisi tersebut harus berdasarkan pertimbangan kompetensi semata? Kompetensi-kompetensi seperti apakah yang akan diterapkan di sistem pendidikan di Fapet Unsoed? Yang pasti kompetensi-kompetensi tersebut diharapkan mampu merubah kurikulum di Fapet ke arah yang lebih baik, baik untuk mahasiswa maupun lulusan Fapet. Lalu bagaimana dengan pertimbangan yang lain seperti permintaan dari pasar akan lulusan peternakan yang berkualitas dan mumpuni di bidangnya? Sayangnya kurikulum 2008 yang akan diterapkan belum memenuhi untuk hal tersebut dengan alasan untuk mengatur sistem pendidikan di perguruan tinggi dibutuhkan kompetensi yang menyangkut berbagai hal seperti sarana, kurikulum, fasilitas, dsb. Lalu bagaimana dengan lulusan peternakan jika tidak mempertimbangkan keinginan pasar. Bisa jadi nantinya fakultas akan ”asal” mencetak sarjana peternakan. Padahal banyak kalangan industri peternakan membutuhkan sarjana peternakan yang benar-benar ahli di bidangnya. Karena fakta di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan sarjana peternakan sangat minim baik dalam hal pengetahuan teknis maupun manajerial. Tentunya hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi Fapet Unsoed untuk menggodok sistem pendidikan peternakan yang sesuai dengan pangsa pasar, tidak berorientasi pada produksi semata.

Limbah, dibuang sayang…

Setelah mendengar kata limbah, hal pertama yang terngiang di benak kita adalah kotor, bau dan menyebabkan polusi. Kalau saja limbah ditangani dengan baik pasti tidak akan menyebabkan kerusakan lingkungan. Pada dasarnya penanganan dan pengendalian limbah harus disertai upaya pemanfaatannya, sehingga menghemat biaya operasi bahkan menghasilkan nilai tambah. Misalnya untuk limbah-limbah pertanian seperti jerami padi, bungkil kedelai, bungkil kacang tanah, ampas tebu, dan sebagainya dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan alternatif untuk ternak ruminansia dan monogastrik.

Limbah-limbah pertanian tersebut tanpa diberi perlakuan saja dapat langsung diberikan kepada ternak apalagi kalau diramu dengan formulasi tertentu dan mendapat sedikit sentuhan teknologi maka bahan-bahan yang mendapat label sebagai limbah tersebut dapat disulap menjadi pakan ternak bernutrisi tinggi. Dengan adanya biotenologi pakan, limbah pertanian yang nilai nutrisinya rendah, kadar serat kasar tinggi, perlu ruangan besar untuk penyimpanan, dan cepat rusaknya bahan dapat diatasi dengan proses pengolahan seperti pencacahan, pengepresan, fermentasi, silase, amoniasi, penepungan, dan penggilingan.

Manfaat adanya limbah atau hasil ikutan pertanian sangat dirasakan pada saat jumlah ternak yang diusahakan dalam jumlah yang cukup banya, tenaga kerja terbatas, populasi ternak di wilayah tersebut padat sehingga peternak berebut untuk mendapatkan hijauan, dan bila lahan pertanian di daerah tersebut dibudayakan secara intensif. Selain itu, musim kemarau yang panjang menyebabkan peternak kesulitan mencari rumput sebagai sumber hijauan.

Contoh limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai bakan pakan alternatif ternak ruminansia antara lain hasil ikutan tanaman kedelai berupa kulit buah (polong), batang dan kulit polong, kulit ari biji, ampas tahu, ampas kecap, dan kedelai afkir. Hasil ikutan tanaman kedelai merupakan salah satu bahan pakan yang mempunyai nilai biologhis tinggi. Kedelai dan ikutannya dapat digunakan semaksimal mungkin bergantung kepada ketersediaan dan harga bahan di lokasi setempat. Ampas tahu dan kulit ari biji kedelai sangat baik diberikan pada sapi laktasi atau penggemukan dan dapat menggantikan konsentrat komersil hingga 75%. Untuk sapi pengemukan, pemberian ampas tahu dalam waktu yang lama ( labih dari 6 bulan) dan dalam jumlah yang banyak dapat mengakibatkan tekstur daging kurang padat dan berlemak. Limbah pertanian yang lain yaitu jerami padi dan dedak padi. Jerami padi merupakan suimber serat sedangkan dedak padi kualitasnya sangat bervariasi, dapat berfungsi sebagai sumber serat atau sumber serat dan energi. Jerami padi sangat potensial sebagai pakan ternak ruminansia namun tidak dapat dijadikan sebagai pakan tunggal. Jerami padi dapat menggantikan 10% hijauan segar untuk kambing dan domba. Apabila digunakan bersama dengan konsentrat, maka jerami padi fermentaasi dapat menggantikan rumput segar sebanyak 30%. Selain itu, jerami padi juga dapat diamoniasi dengan menambahkan 5% urea dari jumlah jerami padi yang dilarutkan dengan air. Jerami padi amoniasi tersebut dapat meningkatkan palatabilitas. Pemanfaatan dedak padi sebagai bahan pakan ternak sudah umum dilakukan. Nutrisi dedak padi sangat bervariasi bergantung pada jenis padi dan jenis mesin penggiling. Dedak padi dapat menggantikan konsentrat komersial hingga 100%. Terutama dedak padi kualitas baik yang biasa disebut dengan bekatul.(int_187/Hus dari bbrp smbr)

Jalan Pintas Dianggap Pantas



Fapet Unsoed-Husbandry. Sudah bukan rahasia lagi dan menjadi pemandangan umum jika mahasiswa peternakan banyak menggunakan jalan pintas ini saat berangkat dan pulang kuliah. Tak hanya mahasiswa laki-laki, mahasiswa perempuan pun banyak yang latah ikut-ikutan. Dua jalan pintas yang berada di belakang gedung Fapet sudut utara dan selatan itu seakan-akan menjadi jalan umum yang dilegalkan. Dari sisi keamanan dan kenyamanan, walaupun belum terbukti, harus diwaspadai. Apalagi beberapa waktu yang lalu kampus coklat sapi bali ini sering terjadi kehilangan helm dan sepeda motor.

Bernardus Agustinus A, Satpam senior Fapet Unsoed saat ditemui di tempat parkiran Fapet Unsoed (19/03) menuturkan dengan adanya jalan pintas itu justru malah membuat repot. Jalan yang sebenarnya tidak dibenarkan tersebut bisa saja nantinya digunakan sebagai hal yang tidak baik. Operandi kejahatan baru bisa terjadi dengan adanya jalan ini terutama pencurian helm. Selain itu juga tidak menjamin keamanan yang baik dan tidak bisa dipantau secara optimal.

”Tidak dibenarkan kalo mahasiswa berangkat dan pulang ke kampus harus lewat jalan pintas itu. Walaupun tidak berpengaruh sekali terhadap keamanan dan belum ada lapora tentang tindak kejahatan yang dijalankan lewat jalan pintas tersebut, namun keberadaan jalan itu bikin repot,” jelas satpam yang akrab disapa Pak Ber ini.

Lebih lanjut lelaki yang berdomisili di Arcawinangun ini menambahkan jika sesungguhnya pernah mengusulkan untuk meninggikan pondasi yang ada. Namun karena terganjal masalah biaya, usul tersebut belum direalisasikan.

”Sangat disayangkan sekali sikap mahasiswa yang seharusnya mampu memberikan contoh yang baik justru sebaliknya. Walaupun dengan alasan untuk menghemat waktu dan mempercepat akses keluar masuk ke kampus, seharusnya mahasiswa sadar kalo itu tidak diperbolehkan. Apalagi jalur belakang kampus sudut utara jelas-jelas ada dua pintu yang dikunci. Hal ini pertanda kalo wilayah situ dilarang untuk akses jalan. Nyatanya mahasiswa cuek aja,” keluhnya.

Jalan pintas belakang Fapet sisi utara semakin menjadi jalur favorit semenjak Program DIII Bahasa Inggris melakukan pagar keliling ditembok sebelah selatan yang berbatasan dengan gedung Fapet Unsoed. Hilir mudik mahasiswa semakin ramai saat pergantian kuliah. Saling antri dan berbagi jalan menjadi pemandangan sehari-hari.

Bowo, salah satu mahasiswa Fapet Unsoed angkatan 2007 menuturkan jika dia sering menggunakan jalan pintas tersebut dengan alasan untuk menghemat waktu dan biar cepat sampai ke kampus. ”Awalnya saya ga tau kalo jalan itu ga boleh dilewati tapi saya melakukannya karena ikut-ikutan. Walaupun harus bergelayutan di tembok tapi saya enggak malu dan engga takut pada satpam, karyawan dan dosen yang ada yang ada,” terang mahasiswa asal Purbalingga ini.

Berbeda dengan Bowo dan mahasiswa lain yang gemar lewat jalan pintas itu, Erik mahasiswa angkatan 2007 ini malah tidak setuju jika ada jalan pintas yang sebenarnya dilarang tapi malah sering dipakai. Alasannya cukup sederhana, jalan itu bukan jalan semestinya

Bernardus menegaskan walaupun tidak ada teguran untuk mahasiswa yang ketahuan lewat jalan pintas, mahasiswa harus sadar kalau perbuatan itu tidak sesuai dengan norma sopan santun yang ada. ”Demi keamanan, ketertiban, kenyamanan, dan keindahan mari kita patuhi peraturan yang ada. Gunakan jalan yang memang semestinya dilalui. Selain itu saya juga berpesan kepada pengendara sepeda motor dan sepeda agar memarkir motor dan sepedanya di belakang gedung Fapet Unsoed baik mahasiswa maupun karyawan”. (Rudy_177/Hus)

Prodi NMT Menyewakan LCD dan Laptop

Fapet Unsoed-Husbandry. Saat ini, mahasiswa Fapet yang ingin menyewa LCD dan laptop untuk keperluan seminar maupun kegiatan ekstrakurikuler tidak perlu susah mencari karena bisa menyewa di Program Studi Nutrisi Makanan Ternak (NMT_red). Ketika ditemui Husbandry di sela-sela kesibukannya, Ir. Tri Rahardjo, SU mebenarkan hal tersebut. ” Memang sekarang Prodi NMT menyewakan LCD bagi mahasiswa maupun dosen, cuma ada biaya sewanya.”. LCD yang digunakan merupakan hibah dari proyek Semi Que periode 2003-2004 dalam pengadaan alat. Pria yang sekarang menjabat sebagai Ketua Prodi NMT itu juga menjelaskan bahwa program menyewakan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas lulusan mahasiswa dikhususkan lulusan dari NMT.

LCD tersebut selain bisa disewa oleh mahasiswa NMT, mahasiswa dari prodi lain juga diperbolehkan untuk menyewanya. Akan tetapi biaya sewanya berbeda. ” Ya...selain mahasiswa NMT, mahasiswa dari prodi lain juga bisa nyewa cuma biaya sewanya beda ”, tandas pria berperawakan gemuk ini. Mengenai biaya sewa, setiap mahasiswa dari prodi lain dikenai biaya sebesar Rp 50.000,00 per sesi, sedangkan untuk mahasiswa NMT dikenai biaya setengahnya yaitu Rp 25.000,00. Biaya sewa untuk mahasiswa yang akan seminar panel juga berbeda, untuk mahasiswa dari prodi lain sebesar Rp 65.000,00 sedang untuk mahasiswa NMT sebesar Rp 35.000,00. Perbedaan ini karena pada awalnya LCD dan laptop digunakan untuk meningkatkan kualitas dari mahasiswa NMT, jadi wajar saja jika biaya sewa untuk mahasiswa NMT lebih murah dibanding mahasiswa dari prodi lain.

Lalu digunakan untuk apakah biaya sewa tersebut? Menurut Pak Tri, Ir. Tri Rahardjo,SU biasa akrab disapa ini ”Sampai saat ini biaya sewa telah terkumpul sekitar Rp 1.120.000,00. Uang ini digunakan untuk perbaikan computer serta untuk biaya cadangan jika LCD rusak.”

Tanggapan dari mahasiswa mengenai hal ini berbeda-beda. Saat ditemui Husbandry, Koko seorang mahasiswa angkatan 2002 angkat bicara, ” Ya..bagus juga dari prodi NMT bisa nyewain LCD, jadi kenapa ga digunain. Lagian kalo kita seminar pake laptop lebih keren gitu loh ”. Lain halnya dengan Andre mahasiswa angkatan 2004 ini,” Pake LCD lebih murah ketimbang pake transparansi, trus juga lebih bagus dan modern ” tuturnya. (Fiqi_193/Hus&Intan_187/Hus)

KURIKULUM 2008

Fapet Unsoed-Husbandry. Sebuah kurikulum baru akan dikeluarkan lagi oleh Fakultas Peternakan Unsoed. Setelah kurikulum 2001 dan kurikulum 2004, kurikulum 2008 akan dimunculkan mulai angkatan 2008 nanti. Saat ditemui oleh Husbandry disela-sela kesibukannya (18/3), Ir. Sigit Mugiyono, MP selaku Pembantu Dekan I menegaskan bahwa memang kurikulum 2008 tengah digodok untuk diterapkan pada angkatan 2008. Sebuah perubahan tak lekang dari apa yang mendasari dari perubahan itu. Begitu pula dengan kurikulum di Fapet, kurikulum 2008 disusun berdasarkan SK dari Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) yang dikeluarkan pada bulan November 2007. ” Memang kurikulum 2008 itu disusun berdasarkan SK dari yang dikeluarkan dari DIKTI pada bulan November 2007 lalu, dimana DIKTI merupakan lembaga pemerintahan yang mengatur sistem pendidikan di Indonesia, jadi fakultas tinggal menyesuaikan saja ” tuturnya. PD I juga menjelaskan bahwa ada dasar yang lain yaitu Fapet ingin menyusun kurikulum berbasis kompetensi dimana di dalamnya terdapat kompetensi-kompetensi seperti kompetensi untuk alumni pengguna serta mengakomodir berbagai kepentingan termasuk studi lanjut.
Perubahan yang pasti pada kurikulum 2008 ini adalah perubahan program studi dimana tiga program studi yang ada sekarang yaitu Produksi Ternak, Nutrisi dan Makanan Ternak dan Sosial Ekonomi Peternakan berubah menjadi satu program studi yaitu Produksi Ternak. ” Perubahan yang pasti untuk kurikulum ini menjadikan Fapet yang tadinya ada tiga program studi menjadi satu program studi yaitu Program Studi Produksi Ternak. Nantinya ada perubahan mata kuliah tapi masih sesuai dengan kompetensinya ” tuturnya. Pria yang juga berprofesi sebagai staf pengajar di Fapet juga menjelaskan bahwa sampai saat ini, kurikulum ini telah sampai tahap penggodokan, dimana telah disusun visi, misi dan tujuan serta kompetensi lulusan program studi peternakan yang dibutuhkan dan sudah bisa diterapkan untuk angkatan 2008.
Saat ditanya apakah kurikulum baru ini dibentuk karena permintaan pasar akan lulusan peternakan, pria berperawakan sedang ini membantah ” Dalam perubahan kurikulum tidak bisa hanya mengandalkan permintaan pasar karena untuk mengatur sistem pendidikan di perguruan tinggi dibutuhkan kompetensi yang menyangkut berbagai hal seperti sarana, kurikulum, fasilitas, dsb. Sistem KBK yang akan diterapkan ini tergantung dari tuntutan kompetensi-kompetensi dan harus berjalan sesuai dengan ketentuan yang ada ”. Pria yang sering disapa Pak Sigit ini juga menjelaskan nantinya kurikulum baru ini tidak akan merugikan bagi mahasiswa, malah mungkin akan merepotkan staf pegawai terutama bagian pendidikan karena di Fapet masih ada mahasiswa kurikulum 2001dan 2004, ditambah lagi kurikulum baru, tentunya tanggung jawab bagian pendidikan akan semakin besar tetapi itu semua merupakan konsekuensi yang harus dihadapi jika kita melakukan revisi-revisi bagi suatu sistem pendidikan.
Terlepas dari itu semua, tentunya diharapkan kurikulum 2008 akan membawa sistem pendidikan di Fapet Unsoed ini ke arah yang lebih baik dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Kurikulum baru ini diharapkan mampu menjadi kurikulum yang dinamis, berkualitas dan sesuai dengan tuntutan pengguna serta mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sistem pendidikan di Fapet Unsoed. (Fiqi_193/Hus)

Senin, 24 Maret 2008

Apa kabar

Apa kabar para pembaca yang budiman ??
Nikmati media kami, kami sajikan berita seputar peternakan dan Kampus Fapet Unsoed.

Minggu, 23 Maret 2008

Silahkan akses kami

Silahkan anda mengakses kami.
Salam Persma,
Hidup Peternakan Indonesia,
Bravo Indonesia !!!!

Satu lagi karya yang akan diterbitkan oleh LPM Husbandry yakni penerbitan koranhusbandry dan produk lainnya yang disebarluaskan melalui internet. Kami mencoba merambah ke dunia maya dengan harapan info dan perkembangan peternakan terutama kampus Fapet Unsoed mampu dinikmati oleh masyarakat secara luas.
Saran dan kritik yang dibarengi dengan solusi sangat kami nantikan guna perbaikan dan kesempurnaan produk media kami.
Terima kasih,

LPM Husbandry