Jumat, 25 April 2008

Selebaran Itu Mengatas Namakan KM Fapet


Fapet Unsoed – Husbandry. Tidak berjalannya roda organisasi DLM (Dewan Legislatif Mahasiswa_red) seolah menjadi permasalahan klasik yang tak pernah terselesaikan. Lembaga yang anggotanya dikirim oleh partai yang kemudian dipilih dalam Pemira hanya kelihatan gaungnya ketika Pemira dan Musang KM Fapet Unsoed. Stagnansi yang selalu berjalan dari tiap periode kepengurusan DLM membuat banyak kalangan aktivis organisasi kampus yang bernaung di Fapet Unsoed sering memperbincangkannya. Tak ayal ini membuat beberapa aktivis kampus yang mengatasnamakan dirinya KM Fapet mengkritisi keberadaan DLM melalui selebaran.


Selebaran yang terdiri atas terdiri dua bagian. Salah satunya berbentuk pamflet yang berbunyi “Segenap Keluarga Mahasiswa Fakultas Peternakan Unsoed mengucapkan Turut Berduka Cita Atas Meninggalnya Dewan Legislatif Mahasiswa (DLM) Di Kampus yang Tercinta. Sementara salah satu selebaran dibuat dalam format makalah usulan penelitian. Dalam selebaran itu dianalogikan semacam usulan penelitan dengan judul “Pengaruh Kematian Dewan Legislatif Mahasiswa (DLM) Terhadap Keberlangsungan Organisasi Di Kampus Fapet Tercinta”.


Ada satu hal yang cukup kontroversi dalam selebaran tersebut. Dari dua selebaran yang dipasang di beberapa jendela kaca sekretariat beberapa UKM, semuanya mengatasnamakan KM Fapet Unsoed. Menaggapi hal tersebut, Altin Juliana C, selaku Presiden BEM Fapet Unsoed mengaku otoritasnya sebagai pimpinan lembaga dalam hal ini BEM merasa terganggu dengan pencantuman KM Fapet Unsoed. “Saya berkesimpulan jika selebaran itu dikeluarkan oleh KM Fapet berarti ada rapat yang seharusnya saya juga ikut,” tegasnya.


“Kalo dilihat dari tulisannya, melihat keadaan bahwa DLM selama ini tidak ada kegiatan dan memang tidak kelihatan mana anggota DLM dan mana program kerjanya. Apakah hanya melakukan pemira dan pelantikan BEM? Memang dirasakan seperti itu keadaanya dan ada yang menyimpulkan mati. Itu sah-sah saja tapi ketika selebaran itu ditulis dengan nama KM Fapet, saya sangat tidak setuju karena otoritas saya sebagai pimpinan lembaga BEM merasa terganggu. saya ataupun beberapa UKM tidak merasa ikut rapat dan tidak ikut merumuskan hal tersebut tiba-tiba ada tulisan KM Fapet. Arti KM Fapet kan luas tidak hanya unsur elemen, UKM, HMPS, BEM dan DLM tapi kebawahnya adalah mahasiswa secara keseluruhan.” keluh Altin.


Namun hal berbeda dikemukakan oleh Sofin Faiz. Menurutnya dalam draft yang ditulis di selebaran tersebut menggunakan kata-kata segenap dimana kata segenap tersebut mengandung artian sebagian bukan seluruh.


“Kalo ketakutan saya mungkin itu masalah redaksional. Mungkin bikinnya pas malem-malem. Kita kan ga tau, orang itu bikinnya kaya gimana. Tapi yang saya cermati itu adalah segenap, segenap kan bukan seluruh. Saya juga mikir kalo cuma segenap doang itu artinya sebagian. Pertama saya melihat juga berpikir apakah anak-anak KM udah nyetujui belum, tapi setelah saya rujuk-rujuk kembali segenap itu beda dengan seluruh. Kecuali kalo kata-katanya seluruh mahasiswa KM, nah itu baru timbul permasalahan. Tapi kalo segenap atau sebagian ya ga masalah,” terangnya.


Lebih lanjut Someth, sapaan akrab Sofin Faiz, menjelaskan bahwa pencantuman nama KM tidak harus melalui sebuah mekanisme pertemuan formal. Atau dengan kata lain pemanfaatan sekre bisa digunakan untuk pertemuan informal atau ngumpul-ngumpul. “Kalo misal mengatasnamakan KM Fapet pun tidak masalah karena di situ sudah ada anak Proter, anak Nutrisi, dan ada anak-anak yang lain. Kalo menurut saya mengatas namakan KM itu sudah mewakili kalo yang sering ngumpul-ngumpul itu anak Fapet dan anak organisasi,” ujarnya.


Mengenai siapa yang memasang selebaran tersebut, baik Someth maupun Altin sama-sama mengaku tidak tahu menahu. “Mungkin mahasiswa Fapet yang peduli dengan keberlangsungan organisasi di peternakan ini. Kalo menurut saya seperti itu,” ujar Someth. Begitu juga Altin, menurutnya dirinya tidak mau terlalu mengira-ngira karena nantinya menimbulkan gonjang-ganjing di sana sini dan malah kampus ini tidak dinamis. Jadi tidak perlu ditanggapi, jadikan saja sebagai koreksi.


Lebih lanjut, Altin menjelaskan, “Saya pikir hal itu nantinya akan menguras tenaga karena ketika kita mengadakan suatu forum untuk membahas itu, nanti yang dibahas di dalamnya setelah ketemu atau bentuk tim investigasi akan butuh waktu dan butuh orang. Lebih baik run aja dengan program kerja masing-masing, pengkritisan menjadi bahan untuk koreksi bersama, pengkritisan masalah sah-sah aja asalkan jangan mengatasnamakan pihak lain. Mungkin untuk BEM tidak akan menanggapi secara serius.”


“Menurut saya sebagai kampus yang demokratis hal itu sah-sah saja asal keetisannya adalah yang pertama tidak mengatasnamakan pihak lain. Kalo memang itu individu, tulis saja mahasiswa yang masih peduli atau cinta dengan kampus. Terkait dengan pemasangannya harus pada tempatnya. Kalo di mading umum ya silakan tetapi kalo misal di mading UKM ya minta ijin dulu. Tapi mo minta ijin gimana lah wong itu selebaran kaleng,” jelas mahasiswa nutrisi ini. (Rd_177/Hus)

Lab. Bahasa Berbagi Ruang Dengan AEC

Fapet Unsoed-Husbandry. AEC (Animal English Club_red) sebuah UKM yang memfokuskan pada kemampuan mahasiswa Fapet dalam penggunaan bahasa Inggris ternyata belum mempunyai sekretariat. Ruangan yang selama ini terletak di lantai 3 sayap selatan kampus peternakan merupakan bagian dari proyek Que-Project untuk pengembangan bahasa, khususnya bahasa Asing. Saat ditemui Husbandry setelah menyantap hidangan nasi pecel di Kantin Fapet, Presiden BEM Fapet Altin Juliana juga menjelaskan bahwa ruangan tersebut merupakan bagian dari proyek Que-Project untuk pengembangan bahasa. "SK (Surat Keputusan_red) dari fakultas untuk ruangan itu tidak untuk AEC, namun karena ada UKM yang sama-sama bergerak dalam bidang bahasa asing maka AEC diamanatkan untuk mengelola ruangan tersebut".

Hal senada juga dituturkan oleh Muhdanisyan bahwa AEC hanya dipinjamkan ruang tersebut oleh Que-Project untuk mengelola dan merawatnya. Mahasiswa berperawakan kurus yang juga menjabat sebagai ketua AEC menggantikan Imam Budianto mengeluhkan bahwa apabila sekre AEC berada di ruang pengembangan bahasa benar-benar mengganggu jalannya rapat koordinasi antara anggota dan pengurus AEC untuk pelaksanaan program kerja yang ingin dilaksanakan.

"Biasanya Rapat dilaksanakan sore hari setelah praktikum selesai dan biasanya rapat tersebut sampai tengah malam. Namun karena letaknya yang di lingkungan dalam gedung dan memang bukan milik kita (AEC-red), ya biasanya kiat izin dulu ke penjaga malam”, keluhnya.

Hampir setiap hari kecuali hari Kamis dan Minggu mulai dari jam 09.00-12.00 ruang tersebut digunakan untuk pelatihan TOEFL. Ruang gerak AEC dalam ruangan tersebut juga benar-benar terbatasi, tidak semua sarana dan prasarana dalam ruangan dapat dimanfaatkan karena memang bukan milik AEC.

"Saya memang di pegangi kunci ruangan, tapi apabila ingin menggunakan sarana dan prasarana dalam ruang tersebut harus melalui prosedur peminjaman kepada Fakultas", ujar Danish sapaan akrabnya. Anak ke-2 dari 3 bersaudara ini sangat mengharapkan agar tiga sekretariat sebelah utara yang masih tak berpenghuni, salah satunya akan menjadi sekretariat AEC guna memperlancar program-program kerja yang akan dilaksanakan. (Arif_189/Hus)

Tajuk

Pemilu Raya untuk pemilihan BEM dan DLM dudah di depan mata. Pesta demokrasi akan berlangsung di kampus coklat sapi bali ini dalam waktu yang tidak lama lagi. Pendaftaran partai pun telah dibuka sejak beberapa hari yang lalu. Perubahan tejadi dari Pemira tahun lalu, partai yang akan dicalonkan harus berasal dari UKM maupun HMPS dengan alasan untuk mengantisipasi apabila setelah pemira selesai, anggota legislatif yang terpilih kinerjanya akan terus terpantau UKM dan HMPS yang mendukungnya karena biasanya partai-partai yang mendukungnya juga lenyap. Alasan yang logis dan cocok untuk diterapkan di atmosfer organisasi mahasiswa Fapet. Karena melihat kinerja dari DLM yang dinilai tidak terpantau dan kurang koordinasi sehingga memunculkan kritikan-kritikan pedas untuk DLM melalui selebaran-selebaran misterius. Memiliki tantangan tersendiri untuk bisa menjadi BEM maupun DLM saat ini, melihat kondisi organisasi-organisasi mahasiswa di Fapet saat sekarang ini yang sering mengalami pasang surut. Jadi memang dibutuhkan orang-orang yang bisa menghidupkan organisasi di kampus, orang yang memiliki dedikasi dan loyalitas tinggi. Semoga dengan adanya Pemira ini, kita mendapatkan calon-calon yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Hidupkan kembali kejayaan kampus Fapet Unsoed.

FKMS Hijaukan Fapet


Fapet Unsoed- Husbandry. Dalam rangka peringatan Hari Bumi se-Dunia, Selasa (22/04) lalu, Forum Komunikasi Mapala Sudirman (FKMS_red) adakan penghijauan dengan penanaman pohon di lingkungan Unsoed . Tak luput, Fakultas Peternakan menjadi salah satu tempat penanaman pohon tersebut. Rombongan FKMS yang memulai start dari Fakultas Biologi tiba di Fapet pukul 09.00 WIB. Diterima oleh Presiden BEM Fapet, Altin Julianna dan Ketua Umum Capra Pala, Dedi Kurniawan di hall belakang, penyerahan secara simbolis dilakukan dengan menanam bersama satu pohon akasia. Kemudian serentak ditanam pohon lain di berbagai tempat oleh rombongan FKMS.


Salah satu unit kegiatan mahasiswa di Fapet yang turut andil dan mendukung dalam FKMS ini adalah Capra Pala. Menurut Ketua Umumnya, Dedi Kurniawan menjelaskan bahwa kegiatan tersebut sangat bagus karena merupakan sebuah bentuk kepedulian terhadap bumi. Selain itu, kegiatan ini juga merupakan tanggapan atau reaksi dari FKMS mengenai isu global warming yang sedang marak diperbincangkan saat ini.


Selain penghijauan, FKMS juga melaksanakan serangkaian kegiatan lain yang mengingatkan akan pentingnya bumi yaitu bakti sosial pada warga yang terkena angin puting beliung di Mrebet Purbalingga pada tanggal 23 April 2008, workshop dan nonton film di depan kantor pusat Unsoed serta pementasan teater dari Fakultas ISIP tanggal 22 April 2008.(Fiqi_Hus/193).

Fapet Didik Mahasiswa dari Papua

Fapet Unsoed – Husbandry. Kurang lebih sudah empat bulan ini Fapet mendidik mahasiswa yang berasal dari luar Unsoed. Sebanyak 30 mahasiswa dari seluruh Indonesia mendapat kesempatan untuk memperdalam ilmu di Fapet Unsoed selama 1 semester mereka ditempa di D3 PTUP. Sebelum di Fapet, ke-30 mahasiswa tersebut dididik di PPPG ( Pusat Penataran Pengembangan Guru Pertanian ) Cianjur, Jawa Barat .

Program yang diprakarsai oleh DIKMANJEUR( Pendidikan Menengah dan Kejuruan ) dengan menjaring berbagai siswa teladan disetiap daerah yang kemudian diseleksi di propinsi asalnya. Barulah perwakilan tersebut menjadi duta-duta pelajar yang pembiayaannya dianggarkan oleh propinsi masing-masing sebagai utusan daerah. Setelah berlangsungnya kegiatan perkuliahan di Cianjur maka program tersebut kemudian dialihkan kepada DIKTI yang berkerjasama dengan Unsoed. Seperti yang diungkakpkan oleh Ir. Dzoeharso, BPWselaku Ketua Prodi D3 PTUP. “ Program tersebut merupakan kerjasama dari 3 intitusi yaitu Unsoed, DIKTI ,dan PPPG, dimana Unsoed akan mengeluarkan ijazah kelulusan melalui D3 PTUP sebagai insitusi yang berwenang yang. bertujuan untuk menghasilkan mahasiswa – mahasiswa unggulan dan maju. Sampai saat ini program tersebut telah berjalan dengan metode pembelajaran yang berbeda dari sekolahnya terdahulu.

Mahasiswa dari berbagai daerah mendapatkan kesempatan yang langka tersebut mulai dari wilayah Nanggroe Aceh Darusalam sampai Papua. Program ini juga bertujuan menjadikan mahasiswa tersebut menjadi guru yang dikemudian hari bisa berguna bagi daerah, “ Setelah kuliah selama 3 tahun ini kami akan kembali ke daerah masing-masing untuk menjadi tenaga pengajar” ujar Andig selaku mahasiswa yang menjabat sebagai koordinator di Peternakan. Teman seangkatannya juga sependapat bahwa setelah lulus mereka akan dijadikan guru dan bila di daerahnya tersebut tidak membutuhkan akan ditempatkan di tempat lain yang masih kosong. (Steve_194/Hus).

Ex-Farm Under Pak Sufir Authority

Fapet-Unsoed.Menjalankan program yang telah direncanakan untuk membenahi manajeman ex-farm. Itulah yang diungkapkan Drh.Sufiriyanto ditemui di ruang kerjanya, Sabtu (18/04) kemarin. Salah satu dosen Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman yang genap enam bulan memimpin ex-farm pada tanggal 1 Mei mendatang mengungkapkan bahwa program-program yang dia canangkan sudah mulai berjalan.

Bahkan sudah mulai menunjukkan hasil yang baik. Memaparkan program-program yang dia rencanakan, Drh.Sufiriyanto menjelaskan tentang pembagian program jangka panjang dan jangka pendek. Kepala laboratorium Kesehatan Ternak yang melepaskan jabatannya setelah menjadi pemimpin ex-farm ini mengaku hal yang paling awal dia benahi adalah masalah karyawan.

"Jadi begini, yang pertama kali saya benahi waktu itu adalah masalah karyawan. Karena pada saat saya baru masuk, itu ternyata suasana kerja karyawan tidak harmonis. Penyebabnya adalah karena ada kecemburuan sosial. Nah, kalo sekarang sudah tidak lagi", paparnya sembari mengingat-ingat. Menurutnya kecemburun sosial itu disebabkan karena anggapan beberapa karyawan tentang pembagian uang sisa hasil usaha yang tidak merata.

Hal lain yang tidak kalah penting untuk segera dijalankan adalah program jangka panjang untuk menjadikan ex-farm sebagai "Agribisnis Peternakan Terpadu" dimana ex-farm nantinya akan menjadi unit usaha yang mandiri dan menguntungkan. Untuk mencapai tujuan ini, dia dan staffnya sudah mulai melangkah dengan membenahi manajemen di ex-farm. "Langkah pertama yang saya lakukan yaitu dengan membagi ex-farm menjadi beberapa bagian unit usaha yang mandiri. Artinya setiap unit usaha berdiri sendiri dan saling mendukung", jelas dosen yang mengampu mata kuliah Ilmu Kesehatan Ternak ini.

Unit-unit usaha itu dianataranya adalah Unit Sapi Perah, Unit Sapi Potong, Unit Kambing, Unit Rumput, Unit Penanganan Limbah, Unit Unggas serta unit lain yang dianggap bisa berproduksi serta dapat dihitung hasil produksinya. Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa antar unit usaha saling membutuhkan dan harus memiliki target produksi serta perhitungan untung rugi.

Secara riil, dapat digambarkan misalnya Unit Rumput akan menjual rumputnya kepada Unit Sapi dengan harga Rp 200,00/Kg sehingga unit rumput mempunyai penghasilan. Kemudian Unit Sapi Perah akan mendapatkan penghasilan dengan menjual susu. Menurut Pak Sufir, begitu Drh.Sufiriyanto biasa dipanggil, hal tersebut bertujuan untuk memudahkan manajemen dan menilai tingkat keberhasilan usaha yang dijalankan. "Dengan adanya hal ini, saya berharap akan lebih mudah megontrol pengelolaannya. Selain itu, dengan ditetapkannya target produksi, kita bisa menilai tingkat keberhasilan setiap unit usaha tersebut", ujar orang nomor satu di ex-farm ini.

Selain hal tersebut, seperti disebutkan didepan mengenai kecemburuan sosial akibat pembagian sisa hasil usaha. Dengan sistem unit usaha ini, setiap karyawan akan mendapatkan bagian hasil usaha yang merata dan besarnya sesuai dengan apa yang dia hasilkan. "Begini, misalnya Unit Sapi Perah, para karyawannya akan mendapatkan fee (uang tambahan_red) dari pembagian keuntungan yang didapat. Nah, kalo besarnya itu tergantung hasil yang mereka capai. Jadi diharapkan selain tidak ada cemburu-cemburuan lagi semangat kerja mereka juga tinggi", ungkap Drh.Sufiriyanto berharap. Tidak lupa dia juga mengungkapkan bahwa para mahasiswa yang menjadi pawang kandang juga akan ikut merasakan hasil usaha meraka memelihara ternak ex-farm.

Berkaitan dengan posisi ex-farm sebagai tempat praktikum mahasiswa. Pria paruh baya ini menjelaskan bahwa tidak ada masalah. Praktikum tetap bisa dijalankan seperti biasanya. "Kalo masalah praktikum ya...tidak apa-apa, seperti biasanya saja. Wong ex-farm kan memang untuk itu.

Walaupun, memang biasanya kalo habis buat praktikum produksinya jadi turun tapi tidak apa-apa lah, kita tetap melayani dengan baik", ujarnya menjanjikan. Mengungkapkan harapannya, Drh.Sufiriyanto berharap adanya kerjasama yang baik dari semua pihak terutama dari kalangan civitas akademika untuk mendukung kemajuan ex-farm.(doT_188/HUS).

Ramainya Fotokopi Kampus Saat Ujian

Menjelang ujian tengah semester "Fotocopy Kampus" disesaki mahasiswa. Usaha fotocopy yang dikelola oleh Fakultas Peternakan Unsoed ini memang kerap menjadi tujuan mahasiswa khususnya mahasiswa Fakultas Peternakan Unsoed untuk mencari materi kuliah untuk difotocopy. Muhajir, SE, selaku orang yang dipercaya oleh pihak Fakultas untuk mengelola "Fotocopy Kampus" membenarkan hal tersebut.

Ditemui disela-sela kesibukannya Senin (14/04) kemarin, pria berjenggot ini menceritakan perihal ramainya fotocopian yang dikelolanya. "Biasanya memang pada hari-hari menjelang ujian, terutama seminggu sebelum ujian fotocopian sini tambah rame sampai pelayannya kewalahan", ungkapnya menceritakan.

Menurutnya mahasiswa biasa mencari materi dari dosen yang sengaja dimasterkan (dititipkan untuk difotocopy_red) dan soal-soal ujian tahun-tahun sebelumnya. "Kalo menjelang ujian seperti ini yang paling sering dicari mahasiswa biasanya soal-soal ujian tahun sebelumnya. Yaa...biasanya ada dari himpunan mahasiswa yang naruh kumpulan soal-soal ujian tahun sebelumnya. Selain itu materi kuliah juga banyak yang nyari", ungkap karyawan yang bekerja di Bapendik Fapet Unsoed ini.

Ditanya lebih jelas mengenai kenaikan omset, pria berperawakan sedang ini mengaku belum bisa menyebutkan secara pasti. Hal tersebut disebabkan karena usia alias jam operasi yang belum lama. "Untuk angka pastinya saya belum bisa menghitung, soalnya kita kan masih baru, jadi masih bannyak pelanggan-pelanggan baru yang muncul tiap harinya. Yang jelas memang bener kalo menjelang ujian tambah rame", paparnya.

Meskipun begitu, dia dan staffnya tatap melakukan antisipasi untuk menghadapi lonjakan jumlah pengguna jasa fotocopy ini. Yaitu dengan cara menambah stok kertas sampai 300 rim untuk bulan-bulan yang ada ujiannya. Karena pada bulan-bulan biasa dimana tidak ada ujian, biasanya jasa fotocopy yang dikelolanya ini menghabiskan sekitar 70 rim kertas per bulan.

Mengenai masalah mesin fotocopy, dia menjelaskan bahwa ada tiga mesin yang disediakan. Namun hanya dua yang digunakan untuk operasional. Hal tesebut memang disengaja, karena yang satu hanya sebagai cadangan agar apabila ada yang rusak bisa dipakai untuk menggantikan selama alat yang rusak diperbaiki.

Ditemui dikesempatan yang berbeda, uchy, begitu mahasiswi Fakultas peternakan yang memiliki nama lengkap Susi Soekarno ini biasa dipanggil, menceritakan tentang kebiasaanya mencari materi kuliah di tempat fotocopy menjelang ujian tiba. Gadis asal Ciamis ini menjelaskan bahwa selain karena kurang yakin dengan catatan yang dimiliki, dia juga biasa mencari soal-soal ujian tahun-tahun sebelumnya sebagai referensi untuk menghadapi ujian yang akan datang.

"Em....gimana yah, aku sih biasanya suka nyari materi kuliah menjelang ujian karena masih kurang percaya diri sama catetan yang aku punya. Selain itu aku juga suka nyari-nyari soal ujian tahun sebelum-sebelumnya, ya... buat latihan aja", ungkap gadis imut ini ketika diwawancarai disela-sela kesibukan kuliahnya.

Ketika ditanya alasan kenapa tidak fotocopy dari awal kuliah, mahasiswi yang masuk Fakultas Peternakan Unsoed tahun 2005 ini menjelaskan bahwa hal tersebut disebabkan karena pada awal-awal kuliah kadang-kadang materi yang mau difotocopy belum ada. Karena tidak setiap dosen memberikan materi untuk difotocopy terutama pada awal-awal masa kuliah.(doT_Hus/188).

Suasana Kerja Ex-Farm Lebih Enak

Selama enam bulan kepemimpinannya, Drh Sufiriyanto menunjukkan kinerja yang baik dalam mengelola Experimental Farm (ex-farm) Universitas Jenderal Soedirman. Hal tersebut dibenarkan oleh Waluyo, salah satu karyawan yang sudah bekerja di ex-farm sejak tahun 1993 ini mengaku walaupun belum genap enam bulan, Drh.Sufiriyanto memegang kendali pengelolaan ex- farm, namun hasilnya sudah mulai terasa. Menurut karyawan yang bekerja di bagian Unit Sapi Perah ini, sejak kepemimpinan Drh Sufiriyanto, hal yang paling terasa yaitu situasi kerja yang lebih nyaman. "Iya..lebih baik, sejak Pak Sufir yang mimpin, suasana kerja lebih baik. Soalnya beliau lebih perhatian, baik kepada ternak maupun kepada karyawan", ungkapnya.
Selain suasana kerja, diakuinya bahwa produksi susu sebagai hasil utama pemeliharaan sapi perah juga meningkat. "Selain itu, produksi susu juga naik, soalnya kalo ada sapi yang produksinya rendah langsung diafkir trus diganti sama yang bagus", ungkap karyawan ini ditemui disela-sela istirahatnya.

Tidak hanya itu, cara pengelolaan yang berbeda serta dibukannya kesempatan yang luas untuk berkonsultasi diakuinya ikut menjadi penyebab naiknya produsi susu dari sapi-sapi yang dia pelihara. "Kalo pak Sufir itu sama ternak mau ngurusi langsung datang ke kandang trus beliau juga melayani kalo ada karyawan yang mau konsultasi", ungkapnya masih menggunakan pakaian kerja.

Ternyata bukan hanya karyawan saja yang merasakan perbedaanya. Tanpa bermasud menjelek-jelekkan pemimpin sebelumnya. Arif Margianto, mahasiswa yang sedang melakukan penelitian dan merupakan bekas pawang kandang di ex-farm mengaku setelah ex-farm dipimpin oleh Drh.Sufiriyanto, suasananya menjadi lebih menyenangkan.

"Iya, lebih enak, pokoknya walaupun aku udah gak jadi pawang kandang, tapi yang saya rasakan disini sekarang lebih nyaman. Soalnya Pak Sufir orangnya perhatian, terutama sama ternak", ungkap mahasiswa angkatan 2002 ini.(doT_Hus/188).

Kampus Fapet Tampil Cantik


Setelah diperbaiki dan dicat, sudah menjadi tanggungjawab kita bersama untuk menjaga keindahan dan kenyamanan kampus Fakultas Peternakan UNSOED. Setidaknya itulah pesan dan harapan yang dikemukakan oleh Ir.Agus Priyono, MP. Pria yang menjabat sebagai Pembantu Dekan II di Fakultas Peternakan UNSOED ini mewanti-wanti dan mengajak kepada seluruh civitas akademika khususnya di Fakultas Peternakan untuk bersama-sama menjaga lingkungan kampus agar tetap nyaman ditempati.


Ditemui diruang kerjanya Rabu (14/04) kemarin, pria yang biasa memakai kaca mata ini mengungkapkan bahwa perbaikan dan pengecatan gedung Fakultas Peternakan bukanlah sebuah agenda rutin. Oleh sebab itu harus lebih dijaga, supaya semua pihak yang berkepentingan ikut merasakan kenyamanan berada di Fakultas Peternakan.


Ditanya menenai anggaran yang digunakan dalam proyek ini, Ir.Agus Priyono,MP mengaku tidak tahu-menahu masalah pendanaan maupun program kerja dalam pekerjaan ini. Menurutnya itu adalah wewenang universitas langsung sebagai pelaksana proyek. "Kalau masalah dana saya tidak tau, karena itu urusan pihak universitas. Kalo yang saya tau dana itu merupakan dana yang berasal dari pemerintah. Kita disini cuma mengajukan semacam proposal. Nah apakah dipenuhi atau tidak itu urusan sana", ungkapnya


Lebih lanjut pria berperawakan sedang ini menjelaskan bahwa apabila proposal yang diajukan diterima, maka urusan selanjutnya adalah antara pihak universitas dengan pemborong. Untuk masalah program kerja dan pendanaan itu bukan urusan fakultas lagi. "Bahkan secara prosedural kita tidak diwajibkan untuk melakukan pengawasan terhadap pekerjaan yang dilakukan. Cuma ya...kita tau dirilah. Masa kita minta, trus udah dikasih kita cuek-cuek aja, kan kayaknya jadi terlihat kurang terima kasih banget lah", ungkap pria yang memiliki kesibukan padat ini.


Ir.Agus Priyono,MP juga menyesalkan tindakan-tindakan kurang bertanggungjawab yang kadang dilakukan oleh mahasiswa kaitannya dengan keindahan kampus. "Gini...saya kadang kurang suka sama tindakan mahasiswa atau siapa saja lah. Wong udah tau tembok baru dicat dia malah berdiri dekat tembok, trus kakinya ditekuk kebelakang. Nah sepatunya bikin cap ditembok, itu kan kurang pas lah menurut saya. Ya...mungkin itu kebiasaan, tapi saya jadi sedih melihatnya", paparnya.


Ditemui dikesempatan yang berbeda, Jaenal Abidin dan Diah Rositayanti, mahasiswa Fakultas Peternakan UNSOED angkatan 2004 ini mengaku senang dengan adanya perbaikan dan pengecatan kampus yang dilakukan. Terlepas dari siapakah yang mengerjaknnya, mereka senang karena merasa uang yang mereka bayarkan selama menjadi mahasiswa dapat mereka rasakan manfaatnya. Walaupun mengaku agak sedikit terganggu dengan suasana yang ada, Jaenal Abidin berpendapat bahwa dengan adanya perbaikan dan pengecatan kampus, suasana kampus menjadi lebih nyaman. "Ya...walaupun sedikit terganggu oleh prosesnya tetapi nggk apa-apa, soalnya dengan kaya gini kan suasana kampus menjadi rapi, beautiful trus indah alias good looking", ungkapnya sedikit berbahasa Inggris. Ditanya mengenai harapan, mahasiswa yang sedang sibuk mengerjakan tugas akhir ini mengungkapkan bahwa agar setelah diperbaiki, semua pihak diharapkan agar mau menjaga apa yang telah ada. Agar tercipta suasana yang nyaman dan menyenangkan.(doT_Hus/188)

Partai Harus Dari UKM dan HMPS

Fapet Unsoed – Husbandry. Dewan Legislatif Mahasiswa (DLM_red) sebagai sebuah lembaga legislatif yang fungsinya sebagai controlling bagi kinerja Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM_red) akan mengadakan sebuah pesta demokrasi besar di kampus peternakan pada tanggal 12-14 Mei 2008.

Saat semua mata tertuju ke televisi akan pemberitaan mengenai Pilkada yang sedang atau akan berlangsung di Kabupaten-Kabupaten ataupun propinsi-propinsi di wiloayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, Fakultas Peternakan pun seolah tak ingin ketinggalan.

Di tengah maraknya kritikan melalui selebaran-selebaran yang menganggap DLM telah mati, lembaga yang bisa dibilang sebagai Dewan Perwakilan Rakyat (DPR_red)nya mahasiswa Fakultas Peternakan akan mengadakan Pemilu Raya 2008 (Pemira 2008_red). Sebuah kegiatan yang memang menjadi sebuah ritual yang wajib diadakan untuk keberlangsungan roda organisasi khususnya lembaga Legislatif dan Lembaga Eksekutif kampus peternakan.

Andi Purwandani selaku kordinator DLM mendefinisikan bahwa pemira merupakan sarana keluarga mahasiswa Fapet Unsoed dalam rangka menetukan mahasiswa yang akan duduk dalam lembaga mahasiswa. “Sama seperti tahun kemarin, Pemira kali ini akan mencari mahasiswa yang akan duduk di lembaga mahasiswa seperti BEM dan DLM melalui partai-partai yang ada di kampus ini”, jelasnya. Dengan mengenakan pakaian islami, pria yang akrab dipanggil keong menambahkan jika pada pemira ini, partai-partai yang akan mendaftar harus berasal dari UKM dan HMPS atau koalisi antara UKM dan HMPS.

“Dengan ketentuan seperti ini untuk mengantisipasi apabila setelah pemira selesai, anggota legislatif yang terpilih kinerjanya akan terus terpantau UKM dan HMPS yang mendukungnya karena biasanya partai-partai yang mendukungnya juga lenyap” ujar Altin Juliana. (Arif_Hus/189).

CAPRA PALA ADAKAN LINTAS ALAM


Fapet. Unsoed-Husbandry. Kegiatan lomba lintas wisata alam yang diadakan oleh Capra Pala Minggu, 13 Apri lalu mendapatkan sambutan yang antusias dari pencinta alam di seluruh Banyumas. Sebanyak 47 team dari seluruh OPA umum, OPA Unsoed , Pelajar dan umum se- Kabupaten Banyumas mengikuti acara lomba lintas wisata alam ini. Lomba yang memperebutkan Piala Dekan ini rencananya akan diselenggarakan setiap tahun. “Lintas lintas wisata alam ini diselenggarakan untuk memperingati Dies Natalies Fapet Unsoed sekaligus sebagai bagian dari tahun kunjungan wisata 2008 untuk Banyumas sendiri. Dan Insya Allah akan diadakan setiap tahunnya “ujar Arly Wisnuaji, ketua panitia acara tersebut.


Bekerjasama dengan PT. Palawi dan pihak Lokawisata Baturraden, lomba lintas wisata tersebut mengambil rute dari Bumper Baturraden kemudian masuk ke Lokawisata Baturraden lewat pancuran tiga dan pancuran tujuh kemudian melintas ke curug gede dan dilanjut sampai Fapet Unsoed. Lomba ini dilaksanakan untuk mendapatkan perhatian para peserta lebih intens kepada alam sekitar yang selama ini mulai dilupakan “Dalam acara ini peserta akan disuguhi berbagai macam pamandangan alam di baik di lokawisata maupun pedesaan“ ungkap Arly saat ditemui di sela-sela kesibukannya. Selain itu, melalui jalan yang tak biasanya dilewati peserta akan didapatkan rasa cinta dan peduli pada kelestarian alam.


Ketepatan waktu dan kekompakan dari tiap regu merupakan kriteria bagi peserta untuk dapat memenangkan lomba. Berdasarkan penilaian juri, juara 1 berhasil direbut oleh Swampala pelajar dari Cilacap, juara kedua Wika Pala pelajar dari SMK Widya Karya dan juara ketiga oleh pelajar dari SMK 1 Purwokerto dimana masing-masing juara mendapatkan Piala Dekan dan uang pembinaan. Keluhan dan harapan dari pihak peserta dilontarkan, Dr.Masrukin salah seorang peserta dari Fisip Unsoed mengungkapakan “Lintas alam ini sudah bagus tapi masih banyak kendala diluar teknis, sayang banyak tanda-tanda arah yang dirusak oleh kelompok sebelumnya”. Selain itu, ia juga menginginkan acara ini untuk diselenggarakan setiap tahunnya untuk menjaga sekaligus melestarikan alam. (Steve_Hus/194)

3 Sekre Baru Tak Kunjung Di Huni


Fapet Unsoed-Husbandry. Sudah berbulan-bulan pembangunan tiga sekre baru di sebelah utara ini telah selesai, namun sampai sekarang bangunan tersebut masih kosong tak berpenghuni. Hal ini pasti banyak menimbulkan pertanyaan bagi banyak mahasiswa. Saat di konfirmasi tentang tiga bangunan sekre yang masih kosong, Suyanto selaku Kepala Bagian Umum mengutarakan bahwa mengenai masalah bangunan tiga sekre yang baru dirinya belum mengetahuinya. Belum ada pemberitahuan mengenai penyerahan sekre tersebut kepada tiap-tiap UKM yang akan menempatinya.


Ir. Agus Priyono MP menjelaskan bahwa “Pembanguan tiga sekre ini memang sudah selesai, tetapi untuk berita acara penyerahan belum sampai ke saya. Ia juga sudah dua kali memberi surat penegasan kepada pihak POM untuk secepatnya membuat berita acara tentang penyerahan tiga sekre baru ke pihak Fakultas, karena dari Pembantu Dekan III (PD III_red) sudah memberi himbauan kepada saya mengenai tiga sekre tersebut karena banyak UKM yang menanyakan ketiga bangunan sekre itu”, jelas lelaki yang menjabat sebagai Pembantu Dekan II (PD­ II_red) ini.


Saat ditemui Husbandry di ruangannya, Ir. Herry Suprapto, MP menegaskan bahwa penyerahan tiga sekre tersebut sudah dibuat berita acaranya ke pihak Fakultas melalui Dekan. Adanya informasi yang berbeda antara PD II dan pihak Fakultas mengenai penyerahan sekre baru dari POM ke Fakultas, dosen yang berdomisili di Tanjung ini menjelaskan ”Sebenarnya alurnya dari POM ke PD II kemudian Bagian Umum, dari Bagian Umum ke PD III, diteruskan ke BEM baru ke UKM”. Dan informasi sampai saat ini berita acara sudah sampai ke fakultas mungkin melalui dekan fapet.. Pada kesempatan ini ia mengeluhkan tentang dinamika kampus yang sedikit menurun yang seharusnya sekre digunakan untuk kepentingan mahasiswa sebagai wadah belajar berorganisasi. Ia juga berharap dengan bertambahnya sekre baru dinamika kampus juga akan bertambah ramai, tetapi bukan ramai mahasiswa yang nongkrong ataupun untuk sekedar kumpul saja, karena sekre adalah tempat untuk berkreasi dan berorganisasi, bukan malah sebaliknya tempat buat tidur. Lebih lanjut ia juga menjelaskan penyerahan sekre baru sudah dibicarakan dengan pihak BEM, rencananya penyerahan akan digabungkan dengan acara pengukuhan UKM Olahraga. "Jangan sampai sekre digunakan yang tidak semestinya, patuilah peraturan yang ada. Dulu yang belum difasilitasi sekre pun bisa berjalan, semestinya setelah ada sekre dinamika kampus akan lebih maju.”, tambahnya .


Saat dikonfirmasikan ke pihak BEM, Altin Juliana menuturkan bahwa dirinya telah konfirmasi dengan UKM olahraga untuk secepatnya menentukan waktu pelantikan pengurus, karena dari PD III meminta penyerahan sekre baru akan digabungkan dengan pengukuhan pengurus UKM olahraga yang baru. (Nafi_190/Hus)

Dr. Ir. Ahmad Sodiq, M.Sc.agr: HIDUP ITU MENGALIR APA ADANYA

Hampir sebagian mahasiswa Fakultas Peternakan tentunya sudah tidak asing lagi dengan Dr.Ir.Ahmad Sodiq.M.Sc.agr. Dosen yang sering berada di ruang QUE sampai sore hari ini, ternyata merupakan seorang bapak yang sangat memperhatikan pendidikan putra dan putrinya. Berbekal keyakinannya bahwa watak seseorang tidak bisa di up-grade begitu saja dan watak seseorang harus dibentuk melalui proses yang panjang, maka Pak Sodiq –sapaan akrab Dr.Ir.Ahmad Sodiq.M.Sc.agr- menyekolahkan anaknya bukan hanya di Sekolah Dasar saja, Madrasah pun ia percayai menjadi tempat sekolah putrinya pada sore hari. Kebetulan, di daerah kediamannya di desa Pasir Wetan Kec. Karang Lewas Kab. Banyumas terdapat sebuah Madrasah tempat putrinya menimba ilmu. “Saya kira dengan begitu mudah-mudahan bisa membentuk karakter anak saya”, ujar Bapak dua orang anak ini disela-sela aktifitasnya.

Dalam hal urusan keluarga, Dr.Ir.Ahmad Sodiq.M.Sc.agr menggambarkan dengan filosofi huruf hija’iyyah yakni fa’ yang menurutnya bahwa huruf fa’ dengan titik diatasnya mengartikan bahwa kelak seorang laki-laki akan menggendong anak dan istri bahkan sampai keluarga dalam berumahtangga “Ini sebenarnya sesuatu yang berat bagi seorang laki-laki apabila telah memahami filosofi huruf fa’ tadi dalam, kecuali kalau laki-laki tadi mau enjoy-enjoy saja”, tutur dosen ramah ini sambil terkekeh.

Terlepas dari itu, dosen yang berasal dari pantura ini juga sangat respek dengan masyarakat. Contohnya yang saat ini sedang sibuk dilakukannya yaitu bersama Fakultas menjadi fasilitator dalam kegiatan Sarjana Masuk Desa (SMD), yang nantinya para sarjana yang lolos seleksi SMD diharapkan dapat melakukan transfer teknologi yang didapat sarjana dari Perguruan Tinggi ke masyarakat untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan, “Sebenarnya yang dibutuhkan masyarakat itu adalah fasilitas IPTEK dek, untuk meningkatkan kesejahteraan hidup seperti ekonomi, pendidikan yang layak, pelayanan kesehatan, dll”, tuturnya dengan logat yang khas, yakni memanggil adik kepada setiap mahasiswa.

Siapa sangka ternyata Dr.Ir.Akhmad Sodiq.M.Sc.agr tidak mempunyai motto dalam hidupnya dan menurutnya hidup itu mengalir apa adanya, dan untuk rencana kedepannya yang akan ia lakukan juga tidak ada rencana yang pasti, baginya cuma satu “hidup itu mengalir apa adanya” dan cita-cita dalam hidupnyapun cuma satu, “Saya ingin apabila nanti kembali kehadapan Sang Pencipta dalam keadaan tenang dek, itu saja”, ujarnya menutup obrolan. (Fahroer/185/hus)

Mutiara Terpendam Yang “Terlupakan”

Hamparan rumput hijau nan indah hiasi sebuah tempat yang tak jauh dari kampus biologi UNSOED, itulah Experimental Farm (Ex-farm) milik kampus coklat tercinta. Di beberapa bangunan yang masih lumayan kokoh berdiri milik ex-farm, disitulah “kami” tinggal, belajar dan “bekerja” tuk sebuah pengalaman. Ya, ditempat “kumuh” itulah kami mencoba tuk mengekspresikan diri, belajar dan mandii.

Sebut saja “kami” anak Pawang (Paguyuban Mahasiswa Kandang). Kami ada karena sebuah niat, semangat ubtuk belajar dan mencari pengalaman yang dikatakan lebih di bidang peternakan. Kegiatan pokok dan wajib kami sama dengan mahasiswa fapet lainnya, yah kuliah, praktikum juga. Sisi lain, kami ada tanggung jawab total yaitu memelihara ayam broiler. Kami katakana itu tidak mudah, tidak semua orang bisa lakukan. Kami telat saat kuliash, tidak bermain saat yang lain nongkrong dan bercengkrama, tak tidur disaat yang lain telah bermimpi, atau bahkan kami tak pulang disaat orang tua kami sudah merindukan buah hatinya. Tak bermaksud kami angkuh atau menyombongkan diri, tapi rangkaian kata inilah kami mencoba untuk mengetuk hati bagi mereka yang masih bisa untuk terbuka pikirannya. Sedih rasanya ketika tak lebih dari 0,01 % dari seluruh mahasiswa kampus coklat menginjakkan kakinya di ex-farm kecuali tuntutan akademik yaitu kegiatan praktkum.

“Mari optimalkan lahan belajar kita yang terhampar luas ini”. Bergabunglah bersama kami sang mutiara terpendam yang “terlupakan” tuk belajar, “bekerja” demi sebuah pengalaman berharga.


Dikutip dari :
Catatan Harian dari seseorang yang selalu ber’DREAM’ untuk menjadi pemenang !!!ilan_awinner/C004014

Fapet di Waktu Senja

Saat senja datang, saya tidak biasanya memandangi langit dari bangunan sekre dan menatapi bangunan warna cream yang konon menjadi saksi lahirnya orang-orang besar yang kini menjadi orang yang berpengaruh baik itu di kampus maupun di luar kampus. Cahaya yang kemegaan itu mulai nampak, sudah lama menghilang, sejak setahun yang lalu saya menatapinya bersama sahabat saya yang kini telah menjadi seorang tamtama. Dahulu, di tempat yang disebut dengan kuburan batu ini, saya masih ingat betapa ramainya kegiatan berlangsung di sana, dari mulai “Allez cuisine”, “latihan pentas”, sampai “pembentukan panitia kejurda”.

Saya beranjak dari duduk termangu, melangkah kecil ke hall depan gedung tersebut, yang dulu berada etalase yang ramai dengan barang-barang siap saji dan beberapa meja serta bangku panjang yang menjadi saksi berkumpulnya para organisatoris, berkumpulnya orang-orang yang saling bertukar pemikiran ilmiah, mengerjakan tugas dan laporan, menunggu kekasihnya sepulang praktikum, hingga latihan debat. Saya memandang ke halaman depan dan nampak sekali tetanaman yang menghiasi area parkir khusus penguasa tunggal fapet ini. Konon, samar-samar seorang sepuh kampus yang getol dengan mahasiswa dan kini merupakan tahun terakhir masa baktinya sebagai “teman curhat” mahasiswa baik di bidang mahasiswa maupun masalah dana dan ijin mengijin, pernah berkata bahwa ada kenangan manis dari angkatan-angkatan lama di sana. Saya pun kembali mengenang masa lalu saat pertama kali saya menjadi menyandang status saya sebagai mahasiswa dari lengsernya status pelajar SMA dua tahun lalu. Dan saya pun menyaksikan bagaimana seremonial kegiatan demi kegiatan hasil kreatifitas mahasiswa mulai dari kegiatan pencinta alam, kegiatan penyambutan mahasiswa maupun anggota baru, kegiatan karya ilmiah, panggung band, pentas, hingga demo mahasiswa menolak yang katanya merupakan ketimpangan dari kebijakan birokrasi. Saya pun menjadi saksi bagaimana sebuah sepeda motor terpaksa berpindah tempat dari basement ke lantai tiga karena melanggar “surat sakti” yang tertampang di dinding tempat tidurnya kendaraan sang “Yang di Pertuan Agungkan”~ suatu hal yang menggelitik bagi saya.

Berada di dalam gedung, saya mulai melihat ruangan-ruangan yang gelapnya samar-samar menjadi terang karena pantulan sinar benda kecil yang dinamakan lampu yang setiap bulan Februari menerangi kampus ini. Hanya saja, sinarnya sudah mulai redup, dan beberapa saklar sudah mulai enggan berada pada tempatnya. Di halaman yang berbentuk segi empat yang hampir simetris itu, saya masih ingat, dulu tidaklah secerah sekarang, rada gelap dan sumpek. Namun sekarang tidaklah seperti dahulu, rada gersang dan burung-burung enggan berkicau di sore hari. Di sana pula, di tengah halaman, saya menjadi saksi para mahasiswa berdiskusi, para pelakon teater latihan, ada pula yang menjalankan kegiatan praktikum sebagai seorang penyuluh, dan beberapa hal penting dalam hidup saya adalah bahwa di tempat itu berkumpulah mahasiswa yang turut menyumbangkan pemikirannya untuk dasar kegiatan penyambutan mahasiswa baru. Selama dua tahun di situlah saya berkenalan dengan organisatoris-organisatoris yang peduli dengan kampus, yang kini entah dimana rimbanya, hanya segelintir yang masih berpapasan dengan saya.

Saya menghela napas, sambil mendengarkan sayup sayup adzan maghrib, lalu saya memandangi ruang-ruangan yang diam membisu. Dulu, saya kenal betul bahwa ruang seminar 2 adalah ruang andalan, kemudian disusul ruang 306-307 yang seolah-olah keramat bagi teman-teman aktifis. Ruangan-ruangan tersebut seperti berbisik pada saya bahwa ternyata ada suatu benturan yang sebenarnya tidak perlu, antara ruang laboratorium dengan yang hanya sekadar ruang-ruang kelas. Ruang-ruang kelas tersebut seperti meraung lagaknya, menangisi para organisatoris yang telah menjadi alumnus, menangis karena mereka telah kehilangan teman melampiaskan suka dukanya, teman-teman yang mewarnai kampus ini lebih dari sekadar bangunan cokelat “sapi bali” tua bertingkat tiga ini, menangisi para mahasiswa yang hanya datang untuk mencorat coret dinding dengan jawaban ujian ataupun tempat duduk dengan curhatan yang tidak perlu dan bukan mengedepankan keilmiahan. Namun apa daya, saya hanya bisa menggerutu dalam hati, “mereka lebih tahu tentang dirinya daripada saya”…

Fapet di saat senja ini memang berbeda. Apakah mungkin karena senja? Saya pun tidak tahu. Yang saya tahu, sekarang sudah hampir tiga tahun saya berada di sini. Saya menikmati kampus ini, merasa enjoy dengan para civitas akademika yang ada, dan kegiatan yang ada di sini. Tapi entah mengapa saya kadang merasa sedih, bukan lantaran gedung yang mulai direnovasi karena mulai bocor dan alasan perbaikan manajemen, tapi karena gedung ini seperti kehilangan suara-suara para maestro yang menjadi jiwanya. Apakah ini tandanya komidi akan segera berakhir? Ataukah ini merupakan akhir dari keseluruhan babak pementasan yang sedang berjalan sekarang ini? Hmm, yang hanya saya yakini, perlahan tapi pasti saya pun akan menjadi sosok bayangan yang pernah berada di sini bersama dengan teman-teman yang pernah menorehkan namanya di cabinet arsip kemahasiswaan. Setidaknya ada foto mereka di lembaran kartu puas yang masih tersimpan rapi di laboratorium.

Namun sebelum itu terjadi, saya hanya ingin berharap esok sebelum saya terakhir kali menginjakkan kakinya di sini, matahari yang sinarnya indah ini masih menyentuh sudut-sudut sempit ruangan ini, dan mendengar keriuhan teman-teman yang sedang bermain basket di sore hari, melihat anak-anak di sekre sebelah selatan maupun utara berkumpul bersama di areal lapangan belakang beralaskan karpet membicarakan masa depan kampus, anak-anak seni berlatih bersama, dan masih banyak lagi. Sungguh, bila hal itu terjadi, saya akan lebih gembira dan lebih merasa senang daripada bersenang-senang karena lulus dengan ipk cumlaude namun ilmu yang dipunyai hanyalah layaknya pohon tidak berbuah, dan kehidupannya hanyalah bagaikan tumbuhan yang tumbuh soliter di gurun sahara. Hingga pada hari itu, akan saya ukir pada prasasti hidup saya, “keluarga mahasiswa yang tahan banting itu akan abadi selamanya…. Fapet UNSOED tidak akan pernah redup, meski harus mengerucut menjadi satu……. atau hanya dalam sejarah…..”

Perjalanan merenung ini saya akhiri di depan bangunan baru di depan kantin yang katanya sebagai bentuk “embrio” badan usaha yang mandiri bagi fakultas. Ternyata, harapan itu masih ada! Melihat bangunan sekre yang telah lama sekali berada di sana, dengan renovasi atap dan beberapa bagian dari sumbangsih para alumni yang masih peduli terhadap keberlangsungan organisasinya. Saya hanya tersenyum puas dan berharap, “andaikan angkatan muda mengerti bagaimana angkatan tua berjerih payah membangun dan menghidupkan kampus….. pasti mereka akan menjadi orang yang lebih hebat lagi daripada Soe Hoek Gie yang mereka kagumi sekarang ini…..”

Ganbarimasu! Otsukaresama-deshita!

Opini oleh: Yustiana Perwira
Anggota DLM Unsoed

Makna Sebuah Dinamisasi

Sebuah dinamisasi terjadi karena adanya interaksi antara semua pihak yang berada di dalamnya. Dinamisasi berasal dari kata dinamis yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga berarti penuh semangat dan tenaga sehingga cepat bergerak dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan.

Kata dinamisasi maupun dinamika sering terlontar dan terucap dari para mahasiswa yang menginginkan adanya iklim tersebut dalam kampus ini. Saya menulis karena memang bodoh dan memang belum mengerti bagaimana sebenarnya iklim dinamisasi kampus yang memang para mahasiswa atau biasa seorang aktivis teriak-teriakkan dalam sebuah forum.

Mereka mungkin lebih mengerti kehidupan kampus yang telah dinamis itu seperti apa. Apakah kehidupan dinamisasi kampus yang mereka inginkan adalah sebuah kampus yang di dalamnya banyak mahasiswa-mahasiswa yang kritis yang mana setiap menyikapi suatu persoalan selalu di cari sebuah solusi atau jalan keluar untuk memecahkan persoalan itu.

Ataukah mungkin ada sebuah definisi lain yang dapat mengartikan atau menggambarkan bagaimanakah sebuah kata dinamisasi itu akan terjadi di kampus ini.
Seolah ingin mengetahui mengenai kehidupan kampus yang dinamis, penulis yang bodoh ini pun ingin terus mencari makna yang tersirat dari kata tersebut.

Lupakan sejenak akan kata maupun makna dinamisasi, sebuah hajatan besar yang akan berlangsung di kampusku tercinta. Pesta demokrasi yang melibatkan semua lapisan mahasiswa tinggal menghitung hari. Nuansa yang bergelora dalam diri saya benar-benar terhentak ketika melihat adanya sebuah tulisan yang isinya mengangap sebuah lembaga kemahasiswaan kampus ini telah mati dan tulisan itu diatas namakan oleh KM FAPET UNSOED atau kepanjangan dari Keluarga Mahasiswa Fakultas Peternakan UNiversitas Jenderal Soedirman.

Sebuah tulisan yang membuat bulu kuduk ini berdiri, kata-kata yang memang menurut benak hati saya seolah menusuk sampai menembus jantung.
Lembaga yang menurut penerawangan saya merupakan lembaga yang dapat menyampaikan aspirasi para mahasiswa dimana di dalamnya terdapat manusia-manusia yang memperoleh kehormatan duduk di kursi yang memang tidak semua mahasiswa dapat mendudukinya. Pikiran saya pun mengajak saya untuk berpikir lebih jauh mengenai tulisan itu. Kalau melihat dari kepanjangan KM Fapet adalah Keluarga Mahasiswa Fapet, maka apakah memang keseluruhan mahasiswa di kampus ini beranggapan Lembaga itu telah mati atau sekali lagi ada definisi lain dari KM FAPET.

Saya mengerti bahwa tulisan itu hanya sebuah sindiran karena mungkin orang atau pihak yang membuat dan menginformasikan tulisan itu tidak pernah merasakan adanya kinerja dari sebuah lembaga yang tidak pernah terlihat kinerja.
Tidak berhenti sampai disitu saja, pesta demokrasi di kampus ini pun terus berlanjut dengan akan dilaksanakannya pemilihan Dekan dalam waktu yang mungkin tidak lama lagi. Tampuk kekuasaan tertinggi di Fakultas Peternakan akan diperebutkan oleh orang-orang yang memang telah ahli seperti para dosen yang memberikan ilmu-ilmu di bidangnya kepada saya dan juga mahasiswa yang lainnya.

Terlepas dari siapa nanti yang mendapatkan sebuah kursi yang benar-benar mempunyai nilai penting bagi individu yang mendudukinya, baik pada kursi di Lembaga Kemahasiswaan maupun kursi Dekan Fakultas Peternakan.

Inikah sebuah arti dari kata dinamisasi yang dinginkan oleh para mahasiswa, atau masih banyak lagi yang dapat mengartkan kata itu.

Sekali lagi saya hanya orang bodoh yang masih mencari dan akan terus mencari makna yang terkandung dari sebuah kata dinamisasi. Sebuah kata yang bagi saya benar-benar mengandung banyak makna di dalamnya. Tulisan ini hanya sebuah ungkapan perasaan yang memang belum mengerti dan ingin mengerti dari kata dinamisasi serta ingin merasakan arti dari dinamisasi.


Creative by: Arif Wicaksono (d1d004026)

Sebagai Kebutuhan Hidup, Dosen dan Karyawan Fapet Dibekali Ilmu Agama

Fapet Unsoed - Husbandry. Dalam kehidupan sehari-hari sedianya seseorang harus dibekali dengan ilmu agama sebagai modal di dalam kehidupan di dunia serta untuk bekal di akhirat nanti, Al-Qur’an yang merupakan kitab suci umat Islam merupakan rujukan dari setiap aspek bukan hanya masalah agama, tetapi kehidupan sehari-haripun semuanya sudah termaktub di dalam Al-Qur’an. Maka dari itu alangkah baiknya jika seorang muslim dapat membaca, memahami, dan mengamalkan Al-Qur’an. Itulah mungkin alasan yang mendasari Ustadz Misbah dalam memberikan ilmu yang dilaksanakan oleh pengajian Fakultas Peternakan setiap hari Selasa dan Rabu siang di Ruang Rapat II Fakultas Peternakan. Selain Ustadz Misbah, Ustadz Ir. Muhammad Nuskhi, M.Si juga turut.memberikan materi.

“Saya memberikan materi tafsir Al-Qur’an yang bertujuan agar para dosen dan karyawan mendapat santapan rohani di luar kegiatan wajib akademisnya”, ujar Ustadz Misbah ketika dihubungi via telepon oleh Husbandry. Lebih lanjut menurutnya, Al-Qur’an merupakan sumber ilmu yang begitu luas yang mencakup segala hal yang memang sangat dibutuhkan bagi seorang muslim.

Awal mula terbentuknya pengajian dimulai pada tahun 1994 atas izin Dekan pada waktu itu. Gayungpun bersambut, respon dari civitas akademika Fakultas Peternakan sangat luar biasa yang ditandai dengan banyaknya peserta yang hadir sekitar 150 orang. Namun seiring berjalannya waktu, pengajian itu mengalami kemunduran dalam jumlah peserta yang mengikuti “Kalau sekarang yang mengikuti hanya sekitar 40 orang, namun itu bukan merupakan sebuah masalah, karena pengajian ini sifatnya fleksibel dan diikuti hanya apabila ada waktu luang saja”, tutur Ustadz yang pernah menimba ilmu di Madinah ini.

Manfaat pengajian ini sendiri sangat dirasakan oleh peserta. Ir. Elly Tugiyanti, MP menuturkan alasannya mengikuti pengajian karena merasa senang dan tertarik terhadap kajian-kajian agama serta mencoba untuk menyesuaikan dengan kehidupan nyata. Walaupun kini Bu Elly sapaan akrabnya mengakui sudah kurang begitu aktif mengikuti pengajian ini, namun manfaatnya sendiri sangat dirasakannya ”Agama kan merupakan suatu kebutuhan hidup, dengan mengikuti pengajian ini saya bisa lebih memahami tentang agama yang saya terapkan dalam kehidupan sehari-hari”, ujar dosen yang ramah ini. (Fahrur_185/Hus)

SUSAHNYA MENSIASATI JATAH BULANAN

Fapet Unsoed-Husbandry, Buka lobang tutup lobang (pinjam uang-red)? Kalimat ini mungkin sering kita dengar bagi kita selaku anak kost.

Fenomena sering terjadi pada mahasiwa dan teryata sering dilakukan oleh AO (bukan nama sebenarnya) salah satu mahasiwa alih jenjang angkatan 2007 menuturkan kalau masalah utang, adalah hal yang wajar bagi mahasiswa dan hal. yang biasa juga dengan anak kost yang memang banyak keprluan yang harus dipenuhi.

Saat ditemuai Husbandry saat sedang ngobrol dengan teman-temannya di kantin kampus, cowo yang juga kekasih dari ketua angkatan mahasiswa 2004 ini juga mengaku kurang bisa mengatur jatah uang bulanan yang dikirim oarang tuanya. “Apalagi cowok yang bisa di bilang boros. Saya memang pernah utang dan malah sering, tetapi utangnya juga ga banyak-banyak kok, paling besar juga seratus ribu tok, itu juga sama temen sendiri”, tambahnya Saar ditanyai alasan kenapa berani utang alias pinjam uang, cowo asal banjarnegara ini menjabawab bahwa ia mengutang karena jatah dari ortu kadang sering kurang," ya... harus bagai mana lagi, solisinya ya utang sama temen. Mengenai mengembalikaanya bisanya semingu tergantung kita janji sama yang ngutanin.

Berbeda dengan Ari Widianto mahasiswa asal walik, kuto sari, purbalingga ini saat ditanya tentang ngutang menjelaskan “ alhamdulilah saya ga pernah utang ... saya takut tidak bisa mengembalikannya sebisa mungkin di cukup-cukupin, dan jika ada sisa ya ditabung. Kan jatah uang tiap bulan dari orang tua hanya buat makan dan keperluan kuliah aja . Tinggal pinter pinternya kita aja buat apa jatah uang bulannanya ”, jelasnya serambi terseyum manis.
Nono bukan nama sebenarnya yang juga salah satu karyawan Fapet saat di tanyai tanggepan tentang utang memberi pendapat bahwa ngutang merupakan hal yang lumrah, apalagi untuk orang seperti saya yang bisa mengandalkan gaji. “aku dapet gaji juga ga semuanya di pakai sendiri, sudah ada pembagianya sendiri sendiri, kan saya mempunyai adik paling ga bantu meringanin beban ortu”. (Nafi_190/hus)