Selasa, 25 Maret 2008

ARIF WICAKSONO SERIUS, CINTA DAN SENYUM

Fapet-Husbandry. “Santai tapi serius” itulah cara yang selalu diterapkan Arif Wicaksono, dalam memimpin Husbandry. Sudah hampir satu semester Husbandry berada dibawah naungannya, dan selama itu pula banyak halangan yang selalu dihadapinya “Biasanya yang paling sering dan hampir melanda setiap organisasi adalah kejenuhan para anggota, maka dari itu saya selalu menciptakan rasa nyantai dalam Husbandry tetapi tetap fokus dalam pekerjaan” Ujarnya disela-sela aktifitasnya. Lebih lanjut Pria ber-KTP Bekasi ini menjelaskan agar program Husbandry dapat terlaksana dengan baik selain menciptakan suasana santai ia menganggap seluruh anggota Husbandry adalah kawan baik tanpa memandang adanya jabatan dalam tubuh Husbandry. Anggapan anggota Hubandry merupakan kawan baik menurutnya agar lebih enak dalam mengkoordinir tugas-tugas. “Saya harus bisa memposisikan diri, kapan saatnya saya sebagai ketua, dan kapan saatnya saya sebagai kawan dari semua anggota Hubandry”.Lanjutnya menambahkan.

Awal mula ditunjuk sebagai ketua umum Husbandry, ia mengakui ada sedikit rasa kekhawatiran kalau tidak sanggup melaksanakan tugas dengan baik. Namun seiring berjalannya waktu, dengan penuh ketekadan dan niat yang tinggi untuk belajar berorganisasi khususnya sebagai pemimpin, bungsu dari dua bersaudara ini membuang jauh-jauh kekhawatiran akan ketidakmampuan itu. “Saya menganggap ini merupakan kepercayaan teman-teman Husbandry kepada saya, dan saya tidak akan mengecewakan mereka” Ujarnya mantap. Cowok hitam manis inipun menambahkan bahwa dengan ditunjukknya sebagai pemimpin umum Husbandry merupakan kesempatan baik untuk belajar menjadi seorang pemimpin yang ia yakini dapat bermanfaat untuk masa depan dalam meraih kesuksesan.

Cowok kelahiran Sokaraja Banyumas inipun bercerita selama menjadi Mahasiswa Fakultas Peternakan belum banyak organisasi yang pernah ia ikuti, dan ia mengakui masih minim tentang bagaimana cara menjadi pemimpin yang baik. Namun bukan berarti minimnya organisasi, ia tidak punya arahan yang jelas serta tujuan dalam hidup. “Tujuan hidup saya untuk saat ini adalah menjadi seorang pemimpin yang bukan hanya memimpin, melainkan pemimpin sebagai mitra dan kawan yang baik bagi anggota Husbandry” Jelontrehnya sambil mengepulkan asap rokok. Harapan kedepannya untuk Husbandry ia menginginkan agar Husbandry mampu menjalankan roda organisasi dengan baik serta dapat memberikan kontribusi berupa produk Husbandry untuk Mahasiswa Fakultas Peternakan. Untuk mencapai harapan tersebut ia menggunakan motto hidupnya, yakni serius tapi santai, hiasi hidup dengan cinta, dan berusahalan tersenyum dengan semua orang. “Dalam keseharian khususnya dalam Husbandry saya selalu ber-SCS atau Serius,Cinta dan Senyum. Harapan saya dengan begitu para anggota Husbandry akan merasa nyaman dan lebih merasa memiliki Husbandry, dengan begitu mereka akan bisa bekerja dengan baik dan tanpa adanya suatu paksaan”. Tutupnya dengan penuh harap. {Fahrur/185/HUS)

NIKAH SAMBIL KULIAH? SIAPA TAKUT......

Tak jarang kita melihat mahasiswa yang kuliah tapi ternyata sudah berumah tangga alias udah nikah. Telah banyak mahasiswa-mahasiswi Unsoed yang menjalani kuliah juga ternyata telah berumah tangga. Begitu pula yang terjadi di Fapet Unsoed, tak sedikit mahasiwa dan mahasiswi yang telah menikah saat kuliah Apa sih yang menyebabkan mereka berani menjalani kehidupan rumah tangga di usia muda di sambi dengan kuliah?

Fapet Unsoed-Husbandry. Nikah sambil kuliah? Kalimat itu mungkin sudah tidak asing bagi kita selaku mahasiswa-mahasiswa. Sudah banyak mahasiswa-mahasiswi yang berani nikah tapi juga masih harus menyelesaikan studinya. Fenomena ini terjadi pula di kampus Coklat Fapet Unsoed. Seperti yang telah dijalani oleh Nana, seorang mahasiswi SKS 2003 ini menuturkan “ Awalnya terasa berat banget bagi aku nikah sambil kuliah itu, soalnya anakku masih kecil, masih butuh banget perhatian sementara tugas-tugas kuliah banyak banget. Mau ‘ga mau mesti rela ‘ga kuliah demi anak”. Memang akan terasa berat ketika sudah mempunyai anak, karena mahasiswa dituntut untuk bisa lebih membagi waktu antara kuliah dengan mengurus anak. “ Kalo sekarang sih udah biasa, aku udah lebih bisa membagi waktu antara kuliah dengan mengurus anakku,” ungkap perempuan cantik yang telah dikaruniai seorang anak laki-laki ini.
Berbeda dengan Intan, seorang mahasiswi SKS 2004 yang baru menikah akhir Desember lalu menuturkan “ Karena aku baru nikah, aku sih tetep ngelanjutin kuliah ampe selesai, kan kewajiban ke ortu belum lunas, jadi ya kudu lulus dan dapet gelar toh besok juga buat modal kerja”. Perempuan berperawakan kurus dan langsing ini menambahkan bahwa dirinya tetap nge-kos karena kebetulan suaminya kerja di Jakarta.

Kebutuhan materiil tentu akan selalu menuntut orang yang telah berumah tangga. Bagaimanakah mereka memperoleh penghasilan sementara mereka masih statusnya mahasiswa yang notabenenya belum mempunyai pekerjaan? Menanggapi hal tersebut, Nana menjelaskan tidak kesulitan mengenai darimana penghasilan yang didapatkannya, “ Kalo aku dapet penghasilan dari suami yang udah bisa nyari sambilan kerja, selain itu juga masih dibantu sama keluargaku dan keluarga suami. Tinggal pinter-pinternya kita aja nyari sambilan kerja “ tutur perempuan berjilbab ini santai. Lain halnya yang diungkapkan oleh Intan “ Karena suamiku udah kerja tetep di Jakarta, otomatis kebutuhan aku udah ditanggung sepenuhnya oleh dia. Itulah enaknya kalau kita nikah sama orang yang udah punya kerjaan tetep “.

Nikah sambil kuliah tentunya menimbulkan opini masyarakat baik yang pro maaupun kontra. Menanggapi hal tersebut, Nana mengungkapkan “ Nikah sambil kuliah menurutku baik selama orang itu mampu membagi waktu antara kuliah dan mengurus keluarga. Dan selama orang itu siap lahir dan batin, ‘ga masalah, tapi kalo ‘ga siap mending ‘ga usah”. Sama halnya dengan Intan, perempuan asli Sumpiuh ini menuturkan bahwa nikah sambil kuliah tidak masalah selama kedua belah pihak memang tahu dan mampu menjalani konsekuensi berumah tangga dan mengerti tugas dan kewajiban masing-masing serta bisa membagi waktu dan selalu pegang komitmen. (Fiqi_193/Hus)

SADAR AKAN PERAN DAN FUNGSI MAHASISWA

Disadari atau tidak, pendidikan formal yang ada sekarang telah berlumuran dengan penyimpangan dan pembelotan dari tujuan semula pembebasan dan kemanusiaan. Pembelotan ini salah satunya adalah berubahnya wilayah pendidikan menjadi wilayah keterkungkungan. Tujuan awal pendidikan merupakan proses penciptaan kesadaran supaya kita semua bisa keluar dari keterkungkungan, entah itu keterkungkungan yang hadir karena lingkungan kita ataupun keterkungkungan yang hadir karena zaman. Namun sekali lagi, semuanya telah membelot, bahkan menciptakan keterkungkungan itu sendiri. Oleh karena itu diperlukan adanya analisis kritis terhadap paradigma pendidikan terutama analisis dalam penyelenggaraan proses pendidikan.

Pendidikan telah, sedang dan akan dihadapkan di tengah-tengah zaman globalisasi yang diperkuat dengan sistem kapitalisme. Yakni sebuah sistem yang menghendaki hilangnya rasa kemanusiaan pada manusia dan diterapkannya pertarungan bebas antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Dan kini pendidikan telah memihak pada sistem tersebut. Betapa nistanya ketika pendidikan hanya sebagai metode untuk membunuh dan menindas seperti ini. Melenyapkan dominasi hegemoni atas globalisasi kapitalis itulah tugas pendidikan yang harus dilakukan.

Dari sistem pendidikan yang tepat dan benar serta tidak disertai dengan pembelotan-pembelotan maka pemikiran kritis, demokratis, dan konstruktif akan lahir dari pola pikir para mahasiswa yang berujung pada kepekaan sosial terhadap lingkungan sekitar. Suara-suara mahasiswa kerap kali merepresentasikan dan mengangkat realita sosial yang terjadi di masyarakat. Sikap idealisme mendorong mahasiswa untuk memperjuangkan sebuah aspirasi kerakyatan pada penguasa, dengan cara mereka sendiri tentunya. Idealnya bagi mahasiswa, setiap peristiwa dapat menjadi isu penting, karena mahasiswa memiliki sikap yang khas dalam memandang setiap persoalan di sekitarnya. Sikap kritis yang dimiliki mahasiswa seringkali memiliki paralelisme dengan kondisi yang terjadi di tengah masyarakat, akan tetapi kondisi tersebut tidak terlihat lagi pada masa kini, mahasiswa memiliki agenda dan garis perjuangan yang berbeda dengan mahasiswa lainnya. Sekarang ini mahasiswa menghadapi pluralitas gerakan yang sangat besar.

Meski begitu, setidaknya mahasiswa masih memiliki idealisme untuk memperjuangkan nasib rakyat di daerahnya masing-masing. Mahasiswa sudah telanjur dikenal masyarakat sebagai agent of change, agent of modernization, atau agen-agen yang lain. Hal ini memberikan konsekuensi logis kepada mahasiswa untuk bertindak dan berbuat sesuai dengan gelar yang disandangnya. Mahasiswa harus tetap memiliki sikap kritis, dengan mencoba menelusuri permasalahan sampai ke akar-akarnya.

Dengan adanya sikap kritis dalam diri mahasiswa diharapkan akan timbul sikap korektif terhadap kondisi yang sedang berjalan. Pemikiran prospektif ke arah masa depan harus hinggap dalam pola pikir setiap mahasiswa. Sebaliknya, pemikiran konservatif pro-status quo harus dihindari. Mahasiswa harus menyadari, ada banyak hal di sekitarnya yang harus diluruskan dan diperbaiki. Kepedulian terhadap lingkungan sekitar dan komitmen terhadap perbaikan di masa depan harus diinterpretasikan oleh mahasiswa ke dalam hal-hal yang positif. Tidak bisa dipungkiri, mahasiswa sebagai social control terkadang juga kurang mengontrol dirinya sendiri. Sehingga mahasiswa harus menghindari tindakan dan sikap yang dapat merusak status yang disandangnya, termasuk sikap hedonis-materialis yang banyak menghinggapi mahasiswa masa kini. Oleh karena itu marilah kita sadar akan peran dan fungsi kita sebagai mahasiswa sesungguhnya demi terciptanya keseimbangan kehidupan yang lebih baik bagi semua elemen kehidupan..

by : Andi Purwandani
Koordinator DLM Fapet Unsoed

Perubahan D3 menuju kualitas terbaik (part 1)

Fapet Unsoed – husbandry. Dari sisi merosotnya jumlah siswa yang tertampung di D3 PTUP tiap tahun menurun terlihat akan adanya perubahan jenis nama dan kurikulum yang baru. Teknik dan bisnis peternakan, nama baru yang akan digunakan pada 2011. Pergantian nama bertujuan untuk lebih meningkatkan pada jenis lulusan berkualitas dan menguasai segala jenis teknik maupun bisnis peternakan tersebut.

“Kurikulum yang baru akan lebih membuat mahasiswa maupun lulusan D3 lebih mumpuni dan ampuh,“ papar Ir. Dzoeharso BPW, Kaprodi D3 saat ditemui di kantornya, Sabtu (22/03).
D3 PTUP Fakultas Peternakn UNSOED merupakan satu-satunya jenjang pendidikan D3 peternakan di Indonesia yang masih ada. Dengan dasar itulah sekolah ini tetap dipertahankan. “D3 tetap akan dipertahankan sampai ijin operasional masih berlaku sampai 2011. Setelah itu baru akan ada peninjauan jenis kurikulum maupun nama jurusan baru yang lebih berkualitas,” paparnya. Sesuai dengan ijin operasionsal pada tahun 1982 yang diterbitkan oleh DIKTI dangan No.048 /DJ /kept /1982 disebutkan bahwa untuk melakukan kegitan pendidikan dengan nama PTUP (Produksi Ternak Unggas dan Perah).

Disinggung tentang akan adanya pembubaran D3, lebih lanjut Ir. Dzoeharso BPW menyatakan jika masalah tersebut masih dalam kajian dari Pihak Pimpinan Fakultas peternakan. Pembubaran tidak akan terjadi, namun hanya akan ada perubahan nama.

Akan terjadi pembubaran bila setiap tahun jumlah mahasiswa turun Jika ini terjadi maka selanjutnya akan kajian dari pihak Dikti, apakah ada pembubaran atau tidak “ tambahnya. Aktivitas perkuliahan di D3 akan berlangsung seperti biasa. Hal yang terpenting adalah adanya ijin operasional dan tidak ada pemberitahuan untuk berhenti operasi dari Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti).

Pengembangan diperlukan untuk memenuhi pencapaian dan perkembangan tentang tenaga kerja di luar dunia pendidikan yang memenuhi kualiatas standar. Apapun jenis kurikulum pastilah mengacu pada ketentuan yang berlaku maupun standar kerja nasional,. “Semua jenis kurikulum pastilah akan mengacu pada dunia luar dan keinginan pasar,“ ucap Dahlia (bukan nama sebenarnya). Mahasisawa D3 ini lebih mengutamakan adanya pembenahan menuju kearah yang baik dan menunjang dari segi mahasiswa. (Steven_194/Hus)

Ketika Pakan Berbaur Dengan Jamur

Ngomongin mengenai jamur pada pakan unggas, kita diingatkan pada aspergilosis penyakit pernafasan yang disebabkan oleh jamur dan tersifat oleh adanya gangguan pernafasan yang berat. ternyata persoalan menjadi lebih ruwet dibanding esensi dan subtansi.

Menurut pakar kesehatan unggas Prof Drh Charles Rangga Tabu MSc Ph D Dekan Fakultas Kedokteran Hewan UGM Yogyakarta bahwa pada unggas termasuk ayam istilah aspergilois menunjukan adanya infeksi Aspergillus sp pada saluran pernafasan yang disebut mikosis. Disamping itu beberapa jenis jamur dapat juga tumbuh pada pakan lainnya yang dapat menghasilkan toksin yakni mikotoksin

Mikotoksin merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan oleh spesies kapang tertentu selam pertumbuhannya pada bahan pangan maupun pakan. Sampai saat ini telah dikenal 300 jenis mikotoksin, lima diantaranya sangat berpotensi menyebabkan penyakit baik pada manusia maupun hewan, yaitu aflatoksin, okratoksin A, zearalenon, trikotesena, dan fumonisin (fox dan Cameron, 1989).

Selain itu, tolsisitas ini juga ditentukan oleh : (1) dosis atau jumlah mikotoksin yang dikonsumsi; (2) rute pemaparan dan lamya pemaparan; (3) spesies; (4) Umur; (5) jenis kelamin;(6) status fisiologis, kesehatan dan gzi. Lalu mengapa harus diwaspadai?
Secara klinis, masa inkubasi aspergilosis berkisar 4-10 hari dan proses penyakit dapat berlangsung sekitar dua sampai beberapa minggu, dengan dua bentuk serangan, yakni akut dan kronis. Kedua bentuk serangan ini yang membedakan adalah tingkat kematian, dimana pada serangan akut tingkat kematian bisa mencapai 50% sedangkan pada serangan kronis kematian ayam berkisar di bawah 5%.

Meskipun demikian serangan jamur ini juga harus diwaspadai, karena ayam yang terserang memperlihatkan pertumbuhan yang tdak seragam, sehingga pada ayam pedaging berat akhir sudah jelas tidak akan tercapai. Serangan jamur aspergilus sp berawal dari organ pernafasan, sehingga ayam terserang akan suluit bernafas atau dyspnoea

Kemudian gejala lain yang dapat diamati adalah ayam terpapar mikotoksin bernafas dengan mulut dengan leher yang dijulurkan keatas, meningkatnya frekwensi pernafasan, anoreksia, mengantuk dan pada kondisi tertrentu terlihat adanya paralisa (kelumpuhan)
Ayam yang terpapar mikotoksin juga dsapat mempertunjukan gejala seperti easiasi, sianosis(kebiruan pada kulit di daerah kepala dan jengger) dan dapat berlanjut dengan kematian. Lalu apa yang harus dilakukan ?

Mulakanlah sesuatu dengan prilaku hidup disiplin, artinya disiplin untuk semua baik yang berhubungan dengan manajemen kandang, ayamnya maupun untuk anak kandang yang intensitasnya lebih tinggi di dalam dan diluar lingkungan kandang
Menurut Drh Iwan Sahrial Msi mengingatkan bahwa sebagai organisme hidup, jamur peka dengan preparat sulfur- mengapa? Menurut Iwan sulfur dapat merusak sintesa membrane sel jamur, dimana sel jamur dengan cairan luar sel tidak seimbang, kemudian cairan ekstraseluler masuk ke intraseluler jamur, terjadi iritasi, hal ini menyebabkan tidak terjadinya pertumbuhan jamur-jamur baru pada inangnya

Berdasarkan ini, Nah, untuk alternatif pencegahan bisa mengggunakan selfur baik yang telah dimixsing dengan bahan pakan atau selfur yang introdukdikan ke dalam air minum. Disamping itu juga perlu menjaga kelembaban optimal baik terutama dalam lingkungan kandang dan tempatkan pakan pada tempat yang kering, hal ini terkait bahwa sumber pertumbuhan jamur bisa pada alas kandang dan pakan dengan kelembaban yang tinggi.(sumber, majalah Infovet edisi Maret 2008)

I-Mhere?Bagaimana Kabarmu

I-Mhere (Indonesian Managing High Education for Relevans and Eficiency) masih berlanjut. Program bantuan dana pendidikan senilai kurang lebih 9 milyar dari pemerintah melalui Dikti (SK Dirjen Dikti No 163/Dikti/Kep/2007) dan bank dunia untuk Fakultas Peternakan UNSOED (fakultas lain yang mendapatkan yaitu Fakultas Biologi_red) yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi dan relevansi perguruan tinggi ini masih terus berjalan. Demikian yang diungkapkan oleh Ir.Muhamad Bata,MS selaku koordinator kegiatan dalam program ini, ditemui Kamis (20/03) kemarin.

Sesuai program yang telah dibuat, pada tahun pertama, Fakultas Peternakan UNSOED telah membiayai pendidikan lanjutan (S3) bagi 10 dosen Fakultas Peternakan. Hal tersebut dibenarkan oleh Ir.Tri Rahardjo kesepuluh dosen tersebut yaitu : Ir.Mochamad Socheh,MS ; Ir.Emmy Susanti,MP ; Ir.Agustinah Setyaningrum,MP ; Ir.Siswadi,MP ; Ir.Bahrun,MP ; Ir.Efka Aris Rimbawanto,MP ; Ir.Bambang Haryanto,MP ; Ir.Prayitno,MP yang melanjutkan di Universitas Gadjahmada, Ir.Munasik,MS Universitas Diponegoro dan Ir.Agustinus,HDR di Universitas Padjajaran. Menurut Pak Bata, begitu Ir.Muhamad Bata,MS biasa disapa, untuk peogram berikutnya yang akan segera dilakukan yaitu tehnikal asisten untuk kurikukum dan riset, publikasi dan staf skill. Dimana rencananya Fakultas Peternakan akan membuat kurikulum baru yang mengacu pada efisiensi dalam pendidikan dan relevan dengan kebutuhan pasar.

Selain itu dana I-Mhere juga akan dialokasikan untuk membiayai penelitian-penelitian mahasiswa dan dosen yang dianggap layak dibiayai. "Ya....a nantinya dana ini juga akan dipakai untuk membiayai penelitian mahasiswa maupun dosen asalkan penelitian itu memang layak atau memenuhui persyaratan", ungkapnya menjelaskan. Lebih lanjut dia menceritakan bahwa untuk mendapatkan bantuan, calon peneliti harus mengusulkan proposal, proposal inilah yang akan dinilai kelayakannya.Ketika ditanya mengenai masalah peralatan, Ir.Bata menjelaskan bahwa dana I-Mhere tidak dialokasikan untuk pembelian peralatan. "Untuk pembelian peralatan kayaknya enggak, lagipula prosedurnya juga tidak sembarangan, jadi untuk kesitu tidak", paparnya.Hal tersebut berbeda dengan yang diungkapkan oleh Ir.Tri Rahardjo yang menyatakan bahwa dana I-Mhere juga digunakan untuk melengkapi alat-alat penunjang proses belajar mengajar.Kabar baik bagi mahasiswa diungkapkan oleh kedua dosen tersebut, yaitu bahwa dana I-Mhere juga akan dialokasikan untuk beasiswa mahasiswa. Seperti yang diungkapkan oleh Ir.Muhamad Bata,MS"Nantinya dana ini juga akan digunakan utuk beasiswa bagi mahasiswa terutama bagi mereka yang kurang mampu yang akan diberikan selama dia kuliah disini", paparnya.(Dot_188/Hus)

WALAU KONDISI SAKIT, SEMANGAT TETAP MEMBARA


Tetap semangat, mungkin itulah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan sosok pak Dwi, sapaan akrab dari Drh. Dwi Prabowo. Salah satu dosen tetap Fakultas Peternakan Unsoed ini yang tetap berangkat kekampus meski dalam keadaan sakit

Drh.Dwi Prabowo, ditemui dikediamannya Jumat (21/03) kemarin memang terlihat belum sehat benar. Penyakit stroke (kelumpuhan_red) menyebabkan separuh bagian tubuhnya tidak dapat bergerak secara normal. Meski begitu tidak terlihat aura keputusasaan dimatanya. Ditemani istrinya Pujimiyatun (60 tahun), Drh. Dwi Prabowo menceritakan perihal sakit yang dialami serta semangatnya dalam menjalani hidup.

“Memang saya ini lagi sakit ya…….., tapi saya tetep semangat. Sebenarnya saya sudah ingin mengajar lagi, tapi teman-teman dosen menyarankan agar saya istirahat dulu saja”, Paparnya memulai cerita. Anjuran teman-teman dosennya itu tidak sepenuhnya dijalankan oleh bapak dari tiga anak ini. Walaupun tubuhnya sulit digerakkan namun dia bersikeras berangkat ke kampus. Menurutnya, selain karena ingin memenuhi kewajiban sebagai dosen, dengan berangkat ke kampus dia bisa bertemu dengan teman-teman sesama dosen sekaligus sebagai terapi untuk mempercapat kesembuhannya.

Disamping itu, desas-desus mengenai adanya dosen yang cemburu dengan keadaannya sekarang membuat dokter hewan yang juga membuka praktek dirumahnya ini semakin tidak betah dirumah. “Gini mas…., saya denger ada dosen yang kurang senang. Gara-gara saya ngga pernah masuk karena sakit tapi tetap dapet gajih. Jadi saya tatep masuk setidaknya sekedar tanda tangan”, ungkapnya kepada team Husbandry.

Ditanya perihal sakit yang dialami, istri Drh.Dwi Prabowo yang sedari tadi menemani dengan setia menyumbang suara. Menurutnya sakit yang dialami suaminya dipicu oleh tekanan batin yang bertumpuk serta kelelahan yang berlebihan, disamping penyakit darah tinggi yang diderita suaminya. “Anu mas…,sebenarnya bapak punya penyakit darah tinggi, cuma tidak terlalu bermasalah. Wong pernah kok tensinya nyampe 200 aja ngga papa. Lha ini kemaren pas kena stroke itu cuma 180”.

Mengenai tekanan batin yang diduga menjadi pemicu sakit yang dialami, Drh Dwi Prabowo menceritakan beberapa hal yang selalu menjadi beban pemikiran menjelang sakitnya. Diantarannya mengenai masalah proposal penelitian Flu Burung yang ditolak gara-gara ada dosen lain yang membuatnya sama persis, masalah isu affair(hubungan gelap_red)-nya dengan seorang dosen gara-gara sebuah foto yang tidak benar sampai masalah tugas terstruktur mahasiswa yang mengecewakan.

Terlepas dari masalah diatas, sosok Drh.Dwi Prabowo merupakan seorang dosen yang penuh semangat dimata mahasiswa. Seperti diungkapkan oleh Bayu Nur Widyantoro Saputro, mahasiswa Fakultas Peternakan angkatan 2003, menurutnya Drh.Dwi Prabowo adalah seorang dosen yang selalu memberikan motivasi saat mengajar. Selain itu, dia juga seorang dosen yang familiar dan sangat akrab dengan mahasiswa. Bayupun mengacungkan jempol atas semangat pak Dwi yang walaupun sakit, tetapi tetap mencoba menjalankan kewajibannya sebagai seorang dosen. Hal itulah yang menurutnya patut diteladani oleh mahasiswa dan dosen lain.
“Saya sangat senang mas dengan cara mengajar pak Dwi. Cara mengajarnya yang santai disertai cerita-cerita yang memotivasi mahasiswa. Sehingga mahasiswa tidak merasa terbebani saat kuliah”, tutur mahasiswa ber-KTP Temanggung ini ditemui di Kantin Fapet sembari mengepulkan asap rokok dari mulutnya.

Seiman dengan pendapat Bayu, pernyatan senada juga digulirkan oleh Si Mbah(bukan nama sebenarnya). Mahasiswa yang mulai menimba ilmu di Fakultas Peternakan pada tahun 2003 ini mengaku mengenal Drh.Dwi Prabowo saat mengambil mata kuliah Ilmu Kesehatan Ternak. Sosok Drh.Dwi Prabowo dimatanya selain penuh semangat dia juga merupakan dosen yang bisa memposisikan diri atau professional pada pekerjaanya. “Bagus mas, jarang-jarang ada dosen yang begitu bertanggungjawab pada pekerjaanya”, puji mahasiswa yang juga aktif di UKM UPM ini menuturkan.

Baik Bayu maupun Si Mbah mempunyai harapan yang sama agar Drh.Dwi Prabowo bisa segera sembuh dan melakukan aktifitas seperti seperti sedia kala.(fahrur 185/dot 188_Hus)

Tajuk

Perubahan kurikulum baru untuk Fapet Unsoed kembali digulirkan dan berlaku untuk angkatan 2008. Mengapa perubahan kurikulum terjadi? Apa yang mendasari suatu kurikulum perlu direvisi sehingga mengalami perubahan? Pada dasarnya kurikulum memang perlu direvisi terus menerus untuk mendapatkan sebuah kurikulum yang relevan. Namun apakah revisi tersebut harus berdasarkan pertimbangan kompetensi semata? Kompetensi-kompetensi seperti apakah yang akan diterapkan di sistem pendidikan di Fapet Unsoed? Yang pasti kompetensi-kompetensi tersebut diharapkan mampu merubah kurikulum di Fapet ke arah yang lebih baik, baik untuk mahasiswa maupun lulusan Fapet. Lalu bagaimana dengan pertimbangan yang lain seperti permintaan dari pasar akan lulusan peternakan yang berkualitas dan mumpuni di bidangnya? Sayangnya kurikulum 2008 yang akan diterapkan belum memenuhi untuk hal tersebut dengan alasan untuk mengatur sistem pendidikan di perguruan tinggi dibutuhkan kompetensi yang menyangkut berbagai hal seperti sarana, kurikulum, fasilitas, dsb. Lalu bagaimana dengan lulusan peternakan jika tidak mempertimbangkan keinginan pasar. Bisa jadi nantinya fakultas akan ”asal” mencetak sarjana peternakan. Padahal banyak kalangan industri peternakan membutuhkan sarjana peternakan yang benar-benar ahli di bidangnya. Karena fakta di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan sarjana peternakan sangat minim baik dalam hal pengetahuan teknis maupun manajerial. Tentunya hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi Fapet Unsoed untuk menggodok sistem pendidikan peternakan yang sesuai dengan pangsa pasar, tidak berorientasi pada produksi semata.

Limbah, dibuang sayang…

Setelah mendengar kata limbah, hal pertama yang terngiang di benak kita adalah kotor, bau dan menyebabkan polusi. Kalau saja limbah ditangani dengan baik pasti tidak akan menyebabkan kerusakan lingkungan. Pada dasarnya penanganan dan pengendalian limbah harus disertai upaya pemanfaatannya, sehingga menghemat biaya operasi bahkan menghasilkan nilai tambah. Misalnya untuk limbah-limbah pertanian seperti jerami padi, bungkil kedelai, bungkil kacang tanah, ampas tebu, dan sebagainya dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan alternatif untuk ternak ruminansia dan monogastrik.

Limbah-limbah pertanian tersebut tanpa diberi perlakuan saja dapat langsung diberikan kepada ternak apalagi kalau diramu dengan formulasi tertentu dan mendapat sedikit sentuhan teknologi maka bahan-bahan yang mendapat label sebagai limbah tersebut dapat disulap menjadi pakan ternak bernutrisi tinggi. Dengan adanya biotenologi pakan, limbah pertanian yang nilai nutrisinya rendah, kadar serat kasar tinggi, perlu ruangan besar untuk penyimpanan, dan cepat rusaknya bahan dapat diatasi dengan proses pengolahan seperti pencacahan, pengepresan, fermentasi, silase, amoniasi, penepungan, dan penggilingan.

Manfaat adanya limbah atau hasil ikutan pertanian sangat dirasakan pada saat jumlah ternak yang diusahakan dalam jumlah yang cukup banya, tenaga kerja terbatas, populasi ternak di wilayah tersebut padat sehingga peternak berebut untuk mendapatkan hijauan, dan bila lahan pertanian di daerah tersebut dibudayakan secara intensif. Selain itu, musim kemarau yang panjang menyebabkan peternak kesulitan mencari rumput sebagai sumber hijauan.

Contoh limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai bakan pakan alternatif ternak ruminansia antara lain hasil ikutan tanaman kedelai berupa kulit buah (polong), batang dan kulit polong, kulit ari biji, ampas tahu, ampas kecap, dan kedelai afkir. Hasil ikutan tanaman kedelai merupakan salah satu bahan pakan yang mempunyai nilai biologhis tinggi. Kedelai dan ikutannya dapat digunakan semaksimal mungkin bergantung kepada ketersediaan dan harga bahan di lokasi setempat. Ampas tahu dan kulit ari biji kedelai sangat baik diberikan pada sapi laktasi atau penggemukan dan dapat menggantikan konsentrat komersil hingga 75%. Untuk sapi pengemukan, pemberian ampas tahu dalam waktu yang lama ( labih dari 6 bulan) dan dalam jumlah yang banyak dapat mengakibatkan tekstur daging kurang padat dan berlemak. Limbah pertanian yang lain yaitu jerami padi dan dedak padi. Jerami padi merupakan suimber serat sedangkan dedak padi kualitasnya sangat bervariasi, dapat berfungsi sebagai sumber serat atau sumber serat dan energi. Jerami padi sangat potensial sebagai pakan ternak ruminansia namun tidak dapat dijadikan sebagai pakan tunggal. Jerami padi dapat menggantikan 10% hijauan segar untuk kambing dan domba. Apabila digunakan bersama dengan konsentrat, maka jerami padi fermentaasi dapat menggantikan rumput segar sebanyak 30%. Selain itu, jerami padi juga dapat diamoniasi dengan menambahkan 5% urea dari jumlah jerami padi yang dilarutkan dengan air. Jerami padi amoniasi tersebut dapat meningkatkan palatabilitas. Pemanfaatan dedak padi sebagai bahan pakan ternak sudah umum dilakukan. Nutrisi dedak padi sangat bervariasi bergantung pada jenis padi dan jenis mesin penggiling. Dedak padi dapat menggantikan konsentrat komersial hingga 100%. Terutama dedak padi kualitas baik yang biasa disebut dengan bekatul.(int_187/Hus dari bbrp smbr)

Jalan Pintas Dianggap Pantas



Fapet Unsoed-Husbandry. Sudah bukan rahasia lagi dan menjadi pemandangan umum jika mahasiswa peternakan banyak menggunakan jalan pintas ini saat berangkat dan pulang kuliah. Tak hanya mahasiswa laki-laki, mahasiswa perempuan pun banyak yang latah ikut-ikutan. Dua jalan pintas yang berada di belakang gedung Fapet sudut utara dan selatan itu seakan-akan menjadi jalan umum yang dilegalkan. Dari sisi keamanan dan kenyamanan, walaupun belum terbukti, harus diwaspadai. Apalagi beberapa waktu yang lalu kampus coklat sapi bali ini sering terjadi kehilangan helm dan sepeda motor.

Bernardus Agustinus A, Satpam senior Fapet Unsoed saat ditemui di tempat parkiran Fapet Unsoed (19/03) menuturkan dengan adanya jalan pintas itu justru malah membuat repot. Jalan yang sebenarnya tidak dibenarkan tersebut bisa saja nantinya digunakan sebagai hal yang tidak baik. Operandi kejahatan baru bisa terjadi dengan adanya jalan ini terutama pencurian helm. Selain itu juga tidak menjamin keamanan yang baik dan tidak bisa dipantau secara optimal.

”Tidak dibenarkan kalo mahasiswa berangkat dan pulang ke kampus harus lewat jalan pintas itu. Walaupun tidak berpengaruh sekali terhadap keamanan dan belum ada lapora tentang tindak kejahatan yang dijalankan lewat jalan pintas tersebut, namun keberadaan jalan itu bikin repot,” jelas satpam yang akrab disapa Pak Ber ini.

Lebih lanjut lelaki yang berdomisili di Arcawinangun ini menambahkan jika sesungguhnya pernah mengusulkan untuk meninggikan pondasi yang ada. Namun karena terganjal masalah biaya, usul tersebut belum direalisasikan.

”Sangat disayangkan sekali sikap mahasiswa yang seharusnya mampu memberikan contoh yang baik justru sebaliknya. Walaupun dengan alasan untuk menghemat waktu dan mempercepat akses keluar masuk ke kampus, seharusnya mahasiswa sadar kalo itu tidak diperbolehkan. Apalagi jalur belakang kampus sudut utara jelas-jelas ada dua pintu yang dikunci. Hal ini pertanda kalo wilayah situ dilarang untuk akses jalan. Nyatanya mahasiswa cuek aja,” keluhnya.

Jalan pintas belakang Fapet sisi utara semakin menjadi jalur favorit semenjak Program DIII Bahasa Inggris melakukan pagar keliling ditembok sebelah selatan yang berbatasan dengan gedung Fapet Unsoed. Hilir mudik mahasiswa semakin ramai saat pergantian kuliah. Saling antri dan berbagi jalan menjadi pemandangan sehari-hari.

Bowo, salah satu mahasiswa Fapet Unsoed angkatan 2007 menuturkan jika dia sering menggunakan jalan pintas tersebut dengan alasan untuk menghemat waktu dan biar cepat sampai ke kampus. ”Awalnya saya ga tau kalo jalan itu ga boleh dilewati tapi saya melakukannya karena ikut-ikutan. Walaupun harus bergelayutan di tembok tapi saya enggak malu dan engga takut pada satpam, karyawan dan dosen yang ada yang ada,” terang mahasiswa asal Purbalingga ini.

Berbeda dengan Bowo dan mahasiswa lain yang gemar lewat jalan pintas itu, Erik mahasiswa angkatan 2007 ini malah tidak setuju jika ada jalan pintas yang sebenarnya dilarang tapi malah sering dipakai. Alasannya cukup sederhana, jalan itu bukan jalan semestinya

Bernardus menegaskan walaupun tidak ada teguran untuk mahasiswa yang ketahuan lewat jalan pintas, mahasiswa harus sadar kalau perbuatan itu tidak sesuai dengan norma sopan santun yang ada. ”Demi keamanan, ketertiban, kenyamanan, dan keindahan mari kita patuhi peraturan yang ada. Gunakan jalan yang memang semestinya dilalui. Selain itu saya juga berpesan kepada pengendara sepeda motor dan sepeda agar memarkir motor dan sepedanya di belakang gedung Fapet Unsoed baik mahasiswa maupun karyawan”. (Rudy_177/Hus)

Prodi NMT Menyewakan LCD dan Laptop

Fapet Unsoed-Husbandry. Saat ini, mahasiswa Fapet yang ingin menyewa LCD dan laptop untuk keperluan seminar maupun kegiatan ekstrakurikuler tidak perlu susah mencari karena bisa menyewa di Program Studi Nutrisi Makanan Ternak (NMT_red). Ketika ditemui Husbandry di sela-sela kesibukannya, Ir. Tri Rahardjo, SU mebenarkan hal tersebut. ” Memang sekarang Prodi NMT menyewakan LCD bagi mahasiswa maupun dosen, cuma ada biaya sewanya.”. LCD yang digunakan merupakan hibah dari proyek Semi Que periode 2003-2004 dalam pengadaan alat. Pria yang sekarang menjabat sebagai Ketua Prodi NMT itu juga menjelaskan bahwa program menyewakan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas lulusan mahasiswa dikhususkan lulusan dari NMT.

LCD tersebut selain bisa disewa oleh mahasiswa NMT, mahasiswa dari prodi lain juga diperbolehkan untuk menyewanya. Akan tetapi biaya sewanya berbeda. ” Ya...selain mahasiswa NMT, mahasiswa dari prodi lain juga bisa nyewa cuma biaya sewanya beda ”, tandas pria berperawakan gemuk ini. Mengenai biaya sewa, setiap mahasiswa dari prodi lain dikenai biaya sebesar Rp 50.000,00 per sesi, sedangkan untuk mahasiswa NMT dikenai biaya setengahnya yaitu Rp 25.000,00. Biaya sewa untuk mahasiswa yang akan seminar panel juga berbeda, untuk mahasiswa dari prodi lain sebesar Rp 65.000,00 sedang untuk mahasiswa NMT sebesar Rp 35.000,00. Perbedaan ini karena pada awalnya LCD dan laptop digunakan untuk meningkatkan kualitas dari mahasiswa NMT, jadi wajar saja jika biaya sewa untuk mahasiswa NMT lebih murah dibanding mahasiswa dari prodi lain.

Lalu digunakan untuk apakah biaya sewa tersebut? Menurut Pak Tri, Ir. Tri Rahardjo,SU biasa akrab disapa ini ”Sampai saat ini biaya sewa telah terkumpul sekitar Rp 1.120.000,00. Uang ini digunakan untuk perbaikan computer serta untuk biaya cadangan jika LCD rusak.”

Tanggapan dari mahasiswa mengenai hal ini berbeda-beda. Saat ditemui Husbandry, Koko seorang mahasiswa angkatan 2002 angkat bicara, ” Ya..bagus juga dari prodi NMT bisa nyewain LCD, jadi kenapa ga digunain. Lagian kalo kita seminar pake laptop lebih keren gitu loh ”. Lain halnya dengan Andre mahasiswa angkatan 2004 ini,” Pake LCD lebih murah ketimbang pake transparansi, trus juga lebih bagus dan modern ” tuturnya. (Fiqi_193/Hus&Intan_187/Hus)

KURIKULUM 2008

Fapet Unsoed-Husbandry. Sebuah kurikulum baru akan dikeluarkan lagi oleh Fakultas Peternakan Unsoed. Setelah kurikulum 2001 dan kurikulum 2004, kurikulum 2008 akan dimunculkan mulai angkatan 2008 nanti. Saat ditemui oleh Husbandry disela-sela kesibukannya (18/3), Ir. Sigit Mugiyono, MP selaku Pembantu Dekan I menegaskan bahwa memang kurikulum 2008 tengah digodok untuk diterapkan pada angkatan 2008. Sebuah perubahan tak lekang dari apa yang mendasari dari perubahan itu. Begitu pula dengan kurikulum di Fapet, kurikulum 2008 disusun berdasarkan SK dari Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) yang dikeluarkan pada bulan November 2007. ” Memang kurikulum 2008 itu disusun berdasarkan SK dari yang dikeluarkan dari DIKTI pada bulan November 2007 lalu, dimana DIKTI merupakan lembaga pemerintahan yang mengatur sistem pendidikan di Indonesia, jadi fakultas tinggal menyesuaikan saja ” tuturnya. PD I juga menjelaskan bahwa ada dasar yang lain yaitu Fapet ingin menyusun kurikulum berbasis kompetensi dimana di dalamnya terdapat kompetensi-kompetensi seperti kompetensi untuk alumni pengguna serta mengakomodir berbagai kepentingan termasuk studi lanjut.
Perubahan yang pasti pada kurikulum 2008 ini adalah perubahan program studi dimana tiga program studi yang ada sekarang yaitu Produksi Ternak, Nutrisi dan Makanan Ternak dan Sosial Ekonomi Peternakan berubah menjadi satu program studi yaitu Produksi Ternak. ” Perubahan yang pasti untuk kurikulum ini menjadikan Fapet yang tadinya ada tiga program studi menjadi satu program studi yaitu Program Studi Produksi Ternak. Nantinya ada perubahan mata kuliah tapi masih sesuai dengan kompetensinya ” tuturnya. Pria yang juga berprofesi sebagai staf pengajar di Fapet juga menjelaskan bahwa sampai saat ini, kurikulum ini telah sampai tahap penggodokan, dimana telah disusun visi, misi dan tujuan serta kompetensi lulusan program studi peternakan yang dibutuhkan dan sudah bisa diterapkan untuk angkatan 2008.
Saat ditanya apakah kurikulum baru ini dibentuk karena permintaan pasar akan lulusan peternakan, pria berperawakan sedang ini membantah ” Dalam perubahan kurikulum tidak bisa hanya mengandalkan permintaan pasar karena untuk mengatur sistem pendidikan di perguruan tinggi dibutuhkan kompetensi yang menyangkut berbagai hal seperti sarana, kurikulum, fasilitas, dsb. Sistem KBK yang akan diterapkan ini tergantung dari tuntutan kompetensi-kompetensi dan harus berjalan sesuai dengan ketentuan yang ada ”. Pria yang sering disapa Pak Sigit ini juga menjelaskan nantinya kurikulum baru ini tidak akan merugikan bagi mahasiswa, malah mungkin akan merepotkan staf pegawai terutama bagian pendidikan karena di Fapet masih ada mahasiswa kurikulum 2001dan 2004, ditambah lagi kurikulum baru, tentunya tanggung jawab bagian pendidikan akan semakin besar tetapi itu semua merupakan konsekuensi yang harus dihadapi jika kita melakukan revisi-revisi bagi suatu sistem pendidikan.
Terlepas dari itu semua, tentunya diharapkan kurikulum 2008 akan membawa sistem pendidikan di Fapet Unsoed ini ke arah yang lebih baik dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Kurikulum baru ini diharapkan mampu menjadi kurikulum yang dinamis, berkualitas dan sesuai dengan tuntutan pengguna serta mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sistem pendidikan di Fapet Unsoed. (Fiqi_193/Hus)