Jumat, 25 April 2008

Selebaran Itu Mengatas Namakan KM Fapet


Fapet Unsoed – Husbandry. Tidak berjalannya roda organisasi DLM (Dewan Legislatif Mahasiswa_red) seolah menjadi permasalahan klasik yang tak pernah terselesaikan. Lembaga yang anggotanya dikirim oleh partai yang kemudian dipilih dalam Pemira hanya kelihatan gaungnya ketika Pemira dan Musang KM Fapet Unsoed. Stagnansi yang selalu berjalan dari tiap periode kepengurusan DLM membuat banyak kalangan aktivis organisasi kampus yang bernaung di Fapet Unsoed sering memperbincangkannya. Tak ayal ini membuat beberapa aktivis kampus yang mengatasnamakan dirinya KM Fapet mengkritisi keberadaan DLM melalui selebaran.


Selebaran yang terdiri atas terdiri dua bagian. Salah satunya berbentuk pamflet yang berbunyi “Segenap Keluarga Mahasiswa Fakultas Peternakan Unsoed mengucapkan Turut Berduka Cita Atas Meninggalnya Dewan Legislatif Mahasiswa (DLM) Di Kampus yang Tercinta. Sementara salah satu selebaran dibuat dalam format makalah usulan penelitian. Dalam selebaran itu dianalogikan semacam usulan penelitan dengan judul “Pengaruh Kematian Dewan Legislatif Mahasiswa (DLM) Terhadap Keberlangsungan Organisasi Di Kampus Fapet Tercinta”.


Ada satu hal yang cukup kontroversi dalam selebaran tersebut. Dari dua selebaran yang dipasang di beberapa jendela kaca sekretariat beberapa UKM, semuanya mengatasnamakan KM Fapet Unsoed. Menaggapi hal tersebut, Altin Juliana C, selaku Presiden BEM Fapet Unsoed mengaku otoritasnya sebagai pimpinan lembaga dalam hal ini BEM merasa terganggu dengan pencantuman KM Fapet Unsoed. “Saya berkesimpulan jika selebaran itu dikeluarkan oleh KM Fapet berarti ada rapat yang seharusnya saya juga ikut,” tegasnya.


“Kalo dilihat dari tulisannya, melihat keadaan bahwa DLM selama ini tidak ada kegiatan dan memang tidak kelihatan mana anggota DLM dan mana program kerjanya. Apakah hanya melakukan pemira dan pelantikan BEM? Memang dirasakan seperti itu keadaanya dan ada yang menyimpulkan mati. Itu sah-sah saja tapi ketika selebaran itu ditulis dengan nama KM Fapet, saya sangat tidak setuju karena otoritas saya sebagai pimpinan lembaga BEM merasa terganggu. saya ataupun beberapa UKM tidak merasa ikut rapat dan tidak ikut merumuskan hal tersebut tiba-tiba ada tulisan KM Fapet. Arti KM Fapet kan luas tidak hanya unsur elemen, UKM, HMPS, BEM dan DLM tapi kebawahnya adalah mahasiswa secara keseluruhan.” keluh Altin.


Namun hal berbeda dikemukakan oleh Sofin Faiz. Menurutnya dalam draft yang ditulis di selebaran tersebut menggunakan kata-kata segenap dimana kata segenap tersebut mengandung artian sebagian bukan seluruh.


“Kalo ketakutan saya mungkin itu masalah redaksional. Mungkin bikinnya pas malem-malem. Kita kan ga tau, orang itu bikinnya kaya gimana. Tapi yang saya cermati itu adalah segenap, segenap kan bukan seluruh. Saya juga mikir kalo cuma segenap doang itu artinya sebagian. Pertama saya melihat juga berpikir apakah anak-anak KM udah nyetujui belum, tapi setelah saya rujuk-rujuk kembali segenap itu beda dengan seluruh. Kecuali kalo kata-katanya seluruh mahasiswa KM, nah itu baru timbul permasalahan. Tapi kalo segenap atau sebagian ya ga masalah,” terangnya.


Lebih lanjut Someth, sapaan akrab Sofin Faiz, menjelaskan bahwa pencantuman nama KM tidak harus melalui sebuah mekanisme pertemuan formal. Atau dengan kata lain pemanfaatan sekre bisa digunakan untuk pertemuan informal atau ngumpul-ngumpul. “Kalo misal mengatasnamakan KM Fapet pun tidak masalah karena di situ sudah ada anak Proter, anak Nutrisi, dan ada anak-anak yang lain. Kalo menurut saya mengatas namakan KM itu sudah mewakili kalo yang sering ngumpul-ngumpul itu anak Fapet dan anak organisasi,” ujarnya.


Mengenai siapa yang memasang selebaran tersebut, baik Someth maupun Altin sama-sama mengaku tidak tahu menahu. “Mungkin mahasiswa Fapet yang peduli dengan keberlangsungan organisasi di peternakan ini. Kalo menurut saya seperti itu,” ujar Someth. Begitu juga Altin, menurutnya dirinya tidak mau terlalu mengira-ngira karena nantinya menimbulkan gonjang-ganjing di sana sini dan malah kampus ini tidak dinamis. Jadi tidak perlu ditanggapi, jadikan saja sebagai koreksi.


Lebih lanjut, Altin menjelaskan, “Saya pikir hal itu nantinya akan menguras tenaga karena ketika kita mengadakan suatu forum untuk membahas itu, nanti yang dibahas di dalamnya setelah ketemu atau bentuk tim investigasi akan butuh waktu dan butuh orang. Lebih baik run aja dengan program kerja masing-masing, pengkritisan menjadi bahan untuk koreksi bersama, pengkritisan masalah sah-sah aja asalkan jangan mengatasnamakan pihak lain. Mungkin untuk BEM tidak akan menanggapi secara serius.”


“Menurut saya sebagai kampus yang demokratis hal itu sah-sah saja asal keetisannya adalah yang pertama tidak mengatasnamakan pihak lain. Kalo memang itu individu, tulis saja mahasiswa yang masih peduli atau cinta dengan kampus. Terkait dengan pemasangannya harus pada tempatnya. Kalo di mading umum ya silakan tetapi kalo misal di mading UKM ya minta ijin dulu. Tapi mo minta ijin gimana lah wong itu selebaran kaleng,” jelas mahasiswa nutrisi ini. (Rd_177/Hus)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

dear redaktur kh,
wah... kok lama kali postingnya... masa terakhir aprilll
males banget ya om daktur ini
apa blog ini redakturnya dah bubar pula